6 Kunci Hidup Bahagia Menurut Monty Satiadarma

Menurut Monty Satiadarma, psikolog, kebahagiaan seseorang ditentukan oleh kemampuan menerima keadaan, melihat situasi dari sudut pandang positif, menghayati makna pengalaman hidup, merelakan pengalamannya sebagai perubahan dalam hidup, dan bisa melepaskan diri dari belenggu pengalaman emosional.

Namun tanpa disadari kita seringkali menunda kebahagiaan dengan ucapan: 'Kalau saya punya deposito sepuluh miliar rupiah, saya akan bahagia'. Atau: 'Jika anak-anak sudah sukses, saya baru bahagia'. Tapi benarkah kita akan bahagia setelah harapan tersebut terwujud? Mengapa tidak mencoba merasakan bahagia sekarang juga? Bahkan hal-hal kecil bisa membuat  perasaan bahagia, kok. Coba simak kiat-kiat ringan berikut ini.

Konsumsi nutrisi jiwa

Selama ini Anda menjaga tubuh agar tetap fit. Tapi bagaimana dengan jiwa Anda?
“Memberi nutrisi pada jiwa berarti merawat diri Anda yang terdalam tanpa merasa bersalah, ragu atau takut,” kata Sonia Choquette, penulis Your Heart's Desire: Instructions for Creating the Life You Really Want. Caranya, lakukanlah satu hal yang Anda sukai setiap hari meskipun itu sangat sepele. Misalnya, menyesap secangkir kopi susu di pagi hari, menelepon sahabat lama, atau dipijat oleh si mbok langganan. Bila Anda melakukannya secara rutin, hidup Anda akan terasa lebih ringan. 

Bersyukur

Latihlah 'otot syukur' Anda setiap waktu. Bersyukur berarti memfokuskan pikiran dan perasaan pada hal-hal yang baik dalam hidup. Caranya, terima dulu suatu kegagalan, lalu alihkan pikiran kepada hal lain yang berjalan lancar. Misalnya, Anda tidak mendapatkan promosi yang Anda incar, tapi sebentar lagi Anda merayakan ulang tahun perkawinan ke-15 bersama suami di resto yang romantis. Perayaan ini perlu Anda syukuri, bukan? Lagipula, ketika kita bersyukur, endorfin (hormon yang membuat rasa senang) akan mengalir lebih lancar dalam tubuh.

Berbagi

Anda pernah memberi sesuatu kepada seseorang dan melihat wajah orang itu bersinar karena senang? Bagaimana perasaan Anda? Tak terlukiskan!  Atika Suryanto, Vice President Human Resources Consumer Banking, punya pengalaman menarik. ”Bulan lalu saya bergabung dalam Kelompok Pecinta Buku Anak (KPBA). Secara rutin, kami membacakan dongeng untuk anak-anak yang menderita leukimia, kanker, dan hydrocephalus di bangsal kelas tiga RS Cipto Mangunkusumo. Mereka antusias sekali. Selain itu, setiap Sabtu saya  nyekar ke makam suami. Saya sering membawa nasi pecel atau nasi uduk untuk tukang sapu yang saya temui di perjalanan. Harga semua itu tak seberapa. Tapi kebahagiaan saat berbagi tidak bisa dilukiskan dengan kata-kata.”

Olahraga menyenangkan

Anda ikut kelas body language, tapi sebal karena teman-teman sekelas gemar bergosip? Atau, Anda bergabung di sebuah gym tapi sebenarnya tidak suka berolahraga di ruang tertutup? Jika begitu, ya tinggalkan saja! Berolahraga memang penting, tapi bagaimana Anda mau berolahraga rutin serta memberi efek optimal pada tubuh bila Anda sendiri tidak melakukannya dengan happy? Yang perlu Anda lakukan adalah mencari 1001 cara 'menggerakkan tubuh' yang menyenangkan. Misalnya, ikut kelas salsa, berkebun, bermain di taman bersama keponakan, atau mengajak si dogi jalan-jalan keliling komplek setiap pagi. Anda juga bisa memulainya dengan lebih banyak lewat tangga daripada lift atau memarkir mobil di tempat yang agak jauh dari pintu masuk gedung tujuan Anda.  

Hidup lebih hijau

Go green sedang menjadi isu hangat. Anda pun bisa turun tangan! Tak perlu berpikir terlalu jauh, mulailah dari lingkungan terdekat. Selain itu, berbuat sesuatu untuk lingkungan akan membawa perasaan puas. Giacinta Hanna (landscape designer) telah membuktikannya. “Dua tahun ini saya menanam palem, cocor bebek, dan tanaman-tanaman obat di sepanjang tepi kali di lingkungan RT saya. Saya sengaja memilih tanaman tersebut karena mudah dirawat. Kini lingkungan saya lebih hijau, bersih, dan sehat. Saya dan para tetangga senang melihatnya. Siapa pun bebas memanfaatkan tanaman tersebut. Saya lihat, jejak saya mulai diikuti oleh RT lain.”

 Meredakan stres

Rasanya tak ada orang yang bebas stres. Tapi bersyukurlah jika saat Anda menghadapi masalah yang membuat stres, Anda masih bisa menemukan kebahagiaan setelah mampu mengatasi masalah tersebut. Namun sebenarnya, banyak cara untuk meredakan stres, salah satunya dengan mengucapkan afirmasi. Saat stres datang, sadari dan terimalah kenyataan itu. Lalu, hirup dan hembuskan napas. Ucapkan kalimat positif yang sesuai dengan kebutuhan Anda saat itu. Misalnya, bila Anda merasa takut, ucapkanlah: 'saya terlindungi dan aman'. Jika Anda cemas, katakanlah: 'saya tenang dan seimbang'. Ulangi kata-kata itu sampai Anda merasa lebih baik. Kathleen Hall, CEO The Stress Institute, AS, mengatakan, ”Afirmasi akan membuat Anda fokus, tenang, serta mengurangi hormon kortisol penyebab stres.”

Gambaran Neraka Menurut 7 Agama Berbeda



Tubuh manusia pendosa yang sudah meninggal konon kelak akan direbus, digergaji, dibakar, atau kepalanya dipancung. Kok Tuhan digambarkan jadi sadis kayak gini, ya…? Tapi katanya Tuhan maha pengampun. Katanya Tuhan penuh kasih. Katanya dosa manusia terampuni kalau sudah Hidup Baru. Katanya lagi, dosa seluas apapun akan dihapus asalkan kita sudah bertobat dan mohon ampun pada Tuhan.
Hampir semua gambar dan teks di bawah ini diambil dari blog Weekly World News. Neraka agama apa yang menurutmu paling menakutkan, paling kejam dan paling sadis hukumannya?
Berikut Gambaran lukisan neraka versi 7 agama berbeda:
Agama Kristen — Neraka dalam versi ajaran agama Kristen adalah di mana tubuh pendosa akan dibakar selama-lamanya dalam api abadi yang takkan pernah padam.


Agama Jain — Agama asli orang India. Disebutkan bahwa agama ini memiliki versi neraka paling banyak: sampai 8 juta lebih jenisnya.



Agama Islam — Ditulis, manusia kelak harus melewati sebuah jembatan kecil bila ingin menuju surga. Kalau tidak berhasil, dia akan terjatuh dan masuk ke api neraka Jahannam.
“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, yang keras, yang tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.” — At-Tahrim [66]:6


Agama Hindu — Pada akhirnya setiap manusia akan mengalami reinkarnasi; dia akan kembali hidup di bumi tetapi dalam wujuh tubuh manusia lain atau hewan. Sebelum reinkarnasi, manusia harus lebih dulu melewati hukuman neraka dari 21 macam jenisnya.


Agama Buddha — Mempunyai 15 jenis neraka, dan tujuh diantaranya adalah neraka api.


Agama Taoisme — Percaya bahwa neraka sebenarnya ada di dalam kuil itu sendiri, tapi di sana ada iblis-iblis yang siap menerkam para manusia pendosa dengan senjata tajam.


Agama Judaisme — Yahudi Ortodox percaya di neraka kelak tubuh manusia pendosa akan direbus atau dikuliti.

Calon-Calon Penghuni Syurga



Keinginan menjadi penghuni surga tidak cukup hanya berdo’a, tapi kita harus berusaha memiliki sifat dan amal calon penghuninya dan usaha itu sekarang dalam kehidupan kita di dunia ini.
1.  Memberi Makan.

Makan dan minum merupakan kebutuhan manusia yang harus dipenuhi oleh masing-masing orang, namun karena berbagai persoalan dalam kehidupan manusia, maka banyak orang yang tidak bisa memenuhinya atau bisa memenuhi tapi tidak sesuai dengan standar kesehatan, karena itu, bila kita ingin mendapat jaminan masuk surga, salah satu yang harus kita lakukan dalam hidup ini adalah memberi makan kepada orang yang membutuhkannya.

Rasulullah saw bersabda: “Sembahlah Allah Yang Maha Rahman, berikanlah makan, tebarkanlah salam, niscaya kamu masuk surga dengan selamat ” (HR. Tirmidzi)

Di dalam hadits lain, Rasulullah saw juga bersabda: “Sesungguhnya di surga terdapat kamar-kamar yang luamya dapat dilihat dari dalamnya dan dalamnya dapat dilihat dari luarnya, Allah menyediakannya bagi orang yang memberi makan, menebarkan salam dan shalat malam sementara orang-orang tidur ” (HR. Ibnu Hibban).

Terdapat pula hadits senada soal ini yang perlu kita perhatikan: “Di surga terdapat kamar-kamar yang luarnya dapat dilihat dari dalamnya dan dalamnya dapat dilihat dari luarnya”. Abu Malik Al Asy’ari berkata: “buat siapa wahai Rasulullah?”. Beliau menjawab: “Bagi orang yang berucap baik, memberi makan, dan di melalui malam dengan shalat sementara orang-orang tidur” (HR. Thabrani, Hakim, Bukhari dan Muslim).

Bahkan sahabat Abdullah bin Salam mendengar pesan Nabi kepada para sahabat yang berbunyi: “Wahai manusia, tebarkanlah salam, berikanlah makan, sambunglah hubungan silaturrahim, shalatlah diwaktu malam sementara orang-orang tidur, niscaya kalian masuk surga dengan selamat ” (HR. Tirmidzi, ibnu Majah dan Hakim).
2.  Menyambung Silaturrahim.

Hubungan antar sesama manusia harus dijalin dengan sebaik-baiknya, antara sesama saudara dalam iman, terutama yang berasal dari rahim ibu yang sama yang kemudian disebut dengan saudara dalam nasab.

Bila ini selalu kita perkokoh, maka di dalam hadits di atas, kita mendapatkan jaminan surga dari Rasulullah saw, sedangkan bila kita memutuskannya, maka kitapun terancam tidak masuk surga.

Rasulullah saw bersabda: “Tidak akan masuk surga orang yang suka memutuskan, Sufyan berkata dalam riwayatnya: yakni memutuskan tali persaudaraan ” (HR. Bukhari dan Muslim).

“Ketika Rasulullah saw bertanya kepada pada sahabat tentang maukah aku beritahukan kepada kalian tentang orang yang akan menjadi penghuni surga? diantaranya beliau menjawab: Seorang laki-laki yang mengunjungi saudaranya di penjuru kota dengan ikhlas karena Allah ” (HR. Ibnu Asakir, Abu Na’im dan Nasa’i).
3.  Shalat Malam

Tempat terpuji di sisi Allah swt adalah surga yang penuh dengan kenikmatan yang tiada terkira, karenanya salah satu cara yang bisa kita lakukan untuk bisa diberi tempat yang terpuji itu adalah dengan melaksanakan shalat tahajjud saat banyak manusia yang tertidur lelap, Allah swt berfirman: “Dan pada sebahagian malam hari bersembahyang tahajudlah kamu sebagai suatu ibadah tambahan bagimu; Mudah-mudahan Tuhan-mu mengangkat kamu ke tempat yang Terpuji ” (QS Al Isra [17]:79).

Manakala seseorang sudah rajin melaksanakan shalat tahajjud, ia merasa menjadi seorang yang begitu dekat dengan Allah swt dan bukti kedekatannya itu adalah dengan tidak melakukan penyimpangan dari ketentuan Allah swt meskipun peluang untuk menyimpang sangat besar dan bisa jadi ia mendapatkan keuntungan duniawi yang banyak.
4. Memudahkan Orang Lain.

Dalam hidupnya, ada saat manusia mengalami kesenangan hidup dengan segala kemudahannya, namun pada saat lain bisa jadi ia mengalami kesulitan dan kesengsaraan.

Karena itu, sesama manusia idealnya bisa saling memudahkan, termasuk dalam jual beli. Manakala kita sudah bisa memudahkan orang lain, maka salah satu faktor yang membuat manusia mendapat jaminan surga telah diraihnya.

Rasulullah saw bersabda: Sesungguhnya seorang lelaki masuk  surga. Dia ditanya: “Apa yang dulu kamu kerjakan?”. Dia menjawab, dia ingat atau diingatkan, dia menjawab: “Aku berjual beli dengan manusia lalu aku memberi tempo kepada orang yang dalam kesulitan dan mempermudah urusan dengan pembayaran dengan dinar atau dirham”. Maka dia diampuni (HR. Muslim dan Ibnu Majah)

Apabila dalam hidup ini kita suka memudahkan kesulitan yang dialami orang lain, maka kitapun akan mendapatkan kemudahan dalam kehidupan di dunia ini maupun di akhirat kelak.

Rasulullah saw bersabda: “Barangsiapa memudahkan orang yang kesulitan, Allah memudahkannya di dunia dan akhirat ” (HR. Ibnu Majah dari Abu Hurairah).
5. Berjihad.

Islam merupakan agama yang harus disebarkan dan ditegakkan dalam kehidupan di dunia ini, bahkan ketika dengan sebab disebarkan dan ditegakkan itu ada pihak-pihak yang tidak menyukainya, lalu mereka memerangi kaum muslimin, maka setiap umat Islam harus memiliki semangat dan tanggungjawab untuk berjihad dengan pengorbanan harta dan jiwa sekalipun.

Manakala kaum muslimin mau berjihad, maka Allah swt menyediakan surga untuk siapa saja yang berjihad di jalan-Nya, sebagaimana disebutkan dalam firman-Nya: “Tetapi Rasul dan orang-orang yang beriman bersama Dia, mereka berjihad dengan harta dan diri mereka. dan mereka Itulah orang-orang yang memperoleh kebaikan, dan mereka Itulah orang-orang yang beruntung. Allah telah menyediakan bagimereka surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya. Itulah kemenangan yang besar” (QS At Taubah [9]:88-89).

Di dalam hadits, Rasulullah saw juga bersabda tentang jaminan Allah swt kepada orang yang berjihad dengan surga: Ada tiga orang yang semuanya dijamin Allah azza wajalla, yaitu: seorang lelaki yang pergi untuk berperang dijalan Allah, maka ia dijamin oleh Allah hingga Allah mewafatkannya, lalu memasukkannya ke surga dengan segala pahala atau harta rampasan perang yang diperolehnya. Dan seseorang yang pergi ke masjid, maka dia dijamin oleh Allah hingga Allah mewafatkannya lalu memasukkannya ke surga atau mengembalikannya dengan pahala atau harta yang diperolehnya; dan seseorang yang masuk ke rumahnya dengan mengucapkan salam, maka dia dijamin olehAllah azza wajalla (HR. Abu Daud).

Bahkan orang yang berjihad dan mati syahid meskipun dahulunya ia kafir dan pernah membunuh kaum muslimin dijamin masuk surga, Rasulullah saw bersabda: Allah tertawa kepada dua orang yang saling membunuh yang keduanya masuk surga. Para sahabat bertanya: “Bagaimana yang Rasulullah?”. Beliau menjawab: “Yang satu (muslim) terbunuh (dalam peperangan) lalu masuk surga. Kemudian yang satunya lagi (kafir) taubatnya diterima oleh Allah ke dalam Islam, kemudian dia berjihad dijalan Allah lalu mati syahid (HR. Muslim dah Abu Hurairah ra).
6. Tidak Sombong.

Takabbur atau sombong adalah menganggap dirinya lebih dengan meremehkan orang lain, karenanya orang yang takabbur itu seringkali menolak kebenaran, apalagi bila kebenaran itu datang dari orang yang kedudukannya lebih rendah dari dirinya.

Oleh karena itu, bila kita mati dalam keadaan terbebas dari kesombongan amat mendapatkan jaminan masuk surga, Rasulullah saw bersabda: “Barangsiapa yang mati dan ia terbebas dari tiga hal, yakni sombong, fanatisme dan utang, maka ia akan masuk surga ” (HR. Tirmidzi).

Takabbur merupakan salah sifat yang diwariskan oleh iblis laknatullah, dengan sebab itulah ia divonis berdosa dan akan dimasukkan ke neraka, Allah swt berfirman: Sesungguhnya Kami telah menciptakan kamu (Adam), lalu Kami bentuk tubuhmu, kemudian Kami katakan kepada para malaikat: “bersujudlah kamu kepada Adam”, maka merekapun bersujud kecuali iblis. Dia tidak termasuk mereka yang sujud. Allah berfirman: Apakah yang menghalangimu untuk bersujud (kepada Adam) diwaktu Aku menyuruhmu?. Iblis menjawab: aku lebih baik daripadanya, Engkau ciptakan aku dari api, sedang dia Engkau ciptakan dari tanah. Allah berfirman: turunlah kamu dari syurga itu, karena kamu tidak sepatutnya menyombongkan diri di dalamnya, maka keluarlah, sesungguhnya kamu termasuk orang-orang yang hina (QS Al A’raf[7]: 11-13, lihat pula QS Mukmin [40]: 60).

Manakala seseorang berlaku sombong, sangat kecil peluang baginya untuk bisa masuk ke dalam surga, di dalam hadits, Rasulullah saw bersabda:”Tidak masuk syurga orang yang di dalam hatinya terdapat seberat biji sawi dari sifat kesombongan ” (HR. Muslim).
7. Tidak Memiliki Fanatisme Yang Berlebihan.

Tidak bisa dipungkiri bahwa manusia termasuk kaum muslimin hidup dengan latar belakang yang berbeda-beda, termasuk latar belakang kelompok, baik karena kesukuan, kebangsaan maupun golongan-golongan ber-dasarkan organisasi maupun paham keagamaan dan partai politik, hal ini disebut dengan ashabiyah.

Para saha-bat seringkali dikelompokkan menjadi dua golongan, yakni Muhajirin (orang yang berhijrah dari Makkah ke Madinah) dan Anshar (orang Madinah yang memberi pertolongan kepada orang Makkah yang berhijrah). Pada dasarnya golongan-golongan itu tidak masalah selama tidak sampai pada fanatisme yang berlebihan sehingga tidak mengukur kemuliaan seseorang berdasarkan golongan.

Manakala seseorang memiliki fanatisme yang berlebihan terhadap golongan sehingga segala pertimbangan dan penilaian terhadap sesuatu berdasarkan golongannya, bukan berdasarkan nilai-nilai kebenaran, maka hal ini sudah tidak bisa dibenarkan, inilah yang disebut dengan ashabiyah yang sangat dilarang di dalam Islam.

Bila kita mati terbebas dari hal ini, dijamin masuk surga oleh Rasulullah saw dalam hadits di atas, namun tidak masuk surga seseorang yang mati dalam keadaan demikian, karena Rasulullah saw tidak mau mengakui orang yang demikian itu sebagai umatnya.

Hal ini terdapat dalam hadits Nabi saw: “Bukan golongan kamu orang yang menyeru kepada ashabiyah, bukan golongan kami orang yang berperang atas ashabiyah dan bukan golongan kami orang yang mati atas ashabiyah ” (HR. Abu Daud)
8. Terbebas Dari Utang.

Dalam hidup ini, manusia seringkali melakukan hubungan muamalah dengan sesamanya, salah satunya adalah transaksi jual beli. Namun dalam proses jual beli tidak selalu hal itu dilakukan secara tunai atau seseorang tidak punya uang padahal ia sangat membutuhkannya, maka iapun meminjam uang untuk bisa memenuhi kebutuhannya, inilah yang kemudian disebut dengan utang.

Sebagai manusia, apalagi sebagai muslim yang memiliki harga diri, sedapat mungkin utang itu tidak dilakukan, apalagi kalau tidak mampu membayarnya, kecuali memang sangat darurat, karena itu seorang muslim harus hati-hati dalam masalah utang.

Rasulullah saw bersabda: “Berhati-hatilah dalam berutang, sesungguhnya berutang itu suatu kesedihan pada malam hari dan kerendahan diri (kehinaan) pada siang hari ” (HR. Baihaki)

Namun apabila manusia yang berutang tidak mau memperhatikan atau tidak mau membayarnya, maka hal itu akan membawa keburukan bagi dirinya, apalagi dalam kehidupan di akhirat nanti.

Hal ini karena utang yang tidak dibayar akan menggerogoti nilai kebaikan seseorang yang dikakukannya di dunia, kecuali bila ia memang tidak mempunyai kemampuan untuk membayarnya.

Rasulullah saw bersabda: “Utang itu ada dua macam, barangsiapa yang mati meninggalkan utang, sedangkan ia berniat akan membayarnya, maka saya yang akan mengurusnya, dan barangsiapa yang mati, sedangkan ia tidak berniat akan membayarnya, maka pembayarannya akan diambil dari kebaikannya, karena di waktu itu tidak ada emas dan perak ” (HR. Thabrani).
9. Peka Terhadap Peringatan.

Peka terhadap peringatan membuat seseorang mudah menerima segala peringatan dan nasihat dari siapapun agar waspada terhadap segala bahaya dalam kehidupan di dunia dan akhirat, sikap ini merupakan sesuatu yang amat penting karena setiap manusia amat membutuhkan peringatan dari orang lain, karenanya orang seperti itu akan mudah menempuh jalan hidup yang benar sehingga mendapat jaminan akan masuk ke dalam surga.

Orang seperti ini digambarkan oleh Rasulullah saw sebagai orang yang berhati seperti burung sebagaimana disebutkan dalam sabdanya: “Akan masuk surga kelak kaum-kaum yang hati mereka seperti hati burung ” (HR. Ahmad dan Muslim).
10. Menahan Amarah

Al ghadhab atau marah merupakan salah satu sifat yang sangat berbahaya sehingga ia telah menghancurkan manusia, baik secara pribadi maupun kelompok. Ada beberapa bahaya dari sifat marah yang harus diwaspadai.

Pertama, merusak iman, karena semestinya bila seseorang sudah beriman dia akan memiliki akhlak yang mulia yang salah satunya adalah mampu mengendalikan dirinya sehingga tidak mudah marah kepada orang lain.

Rasulullah saw bersabda: “Marah itu dapat merusak iman seperti pahitnya jadam merusak manisnya madu ” (HR. Baihaki).

Kedua, mudah mendapatkan murka dari Allah swt terutama pada hari kiamat, karena itu pada saat kita hendak marah kepada orang lain mestinya kita segera mengingat Allah sehingga tidak melampiaskan kemarahan dengan hal-hal yang tidak benar.

Allah swt berfirman sebagaimana yang disebutkan dalam hadits Qudsi:
“Wahai anak Adam, ingatlah kepada-Ku ketika kamu marah. Maka Aku akan mengingatmu jika Aku sedang marah (pada hari akhir) “.

Ketiga, mudah marah juga akan mudah menyulut kemarahan orang lain sehingga hubungan kita kepada orang lain bisa menjadi renggang bahkan terputus sama sekali. Oleh karena itu, seseorang baru disebut sebagai orang yang kuat ketika ia mampu mengendalikan dirinya pada saat marah sehingga kemarahan itu dalam rangka kebenaran bukan dalam rangka kebathilan.

Rasulullah saw bersabda: “Orang kuat bukanlah yang dapat mengalahkan musuh, namun orang yang kuat adalah orang yang dapat mengontrol dirinya ketika marah ” (HR. Bukhari dan Muslim).

Apabila seseorang mampu menahan amarahnya, maka dia akan mendapatkan nilai keutamaan yang sangat besar dari Allah swt, dalam hal ini Rasulullah saw menyebutkan jaminan surga untuknya: “Janganlah engkau marah dan surga bagimu ” (HR. Ibnu Abid Dunya dan Thabrani).
11. Ikhlas Menerima Kematian Anak dan OrangYangDicintai.

Setiap orang yang berumah tangga pasti mendambakan punya anak, karena anak itu menjadi harapan masa depan dan kesinambungan keluarga. Karenanya bahagia sekali seseorang bila dikaruniai anak, baik laki maupun perempuan.

Karena itu saat anak lagi disayang dan amat diharapkan untuk mencapai masa depan yang baik tapi tiba-tiba meninggal dunia, maka banyak orang tua yang tidak ikhlas menerima kenyataan itu. Bila sebagai orang tua kita ikhlas menerima kematian anak, maka hal ini bisa memberi jaminan kepada kita untuk bisa masuk surga.

Rasulullah saw bersabda: “Tidaklah mati tiga anak seseorang, lalu dia merelakannya (karena Allah) kecuali dia rnasuk surga”. Seorang wanita bertanya: “atau dua orang anak juga, wahai Rasulullah?”. Beliau menjawab: “atau dua anak” (HR. Muslim).

Meskipun demikian, sedih atas kematian anak tetap boleh dirasakan karena tidak mungkin rasanya kematian anggota keluarga tanpa kesedihan, Rasulullah saw sendiri amat sedih atas kematian anaknya, namun kesedihan yang tidak boleh berlebihan seperti meratap.

Dalam suatu hadits dijelaskan: Anas ra berkata: Ketika Rasulullah saw masuk melihat Ibrahim (puteranya) yang sedang menghembuskan nafasnya yang terakhir, maka kedua mata Rasulullah saw bertinang-linang ketika ia wafat, sehingga tampak air mata mengalir di muka beliau. Abdurrahman bin Auf berkata: “Engkau demikianjuga ya Rasulullah?”. Jawab Nabi: “Sesungguhnya ini sebagai tanda rahmat dan belas kasihan”, Lalu beliaubersabda: “Mata berlinang dan hati merasa sedih, tapi kami tidak berkata kecuali yang diridhai Tuhan dan kami sungguh berduka cita karena berpisah denganmu hai Ibrahim (HR. Ahmad dan Tirmidzi).

Di dalam hadits lain, jaminan surga juga diberikan Allah swt kepada orang yang ridha menerima kematian orang yang dicintainya dalam kehidupan di dunia ini.

Abu Hurairah ra berkata bahwa Rasulullah saw bersabda dalam hadits qudsi: “Tidak ada pembalasan dari bagi seorang hamba-Ku yang percaya, jika Aku mengambil kekasihnya di dunia, kemudian ia ridha dan berserah kepada-Ku, melainkan surga ” (HR. Bukhari).
12. Bersaksi Atas Kebenaran Al-Qur’an.

Al-Qur’an merupakan kitab suci yang tidak perlu diragukan lagi kebenarannya oleh setiap muslim, namun kenyataan menunjukkan tidak semua muslim mau bersaksi dalam arti menjadi pembela kebenaran Al-Qur’an dari orang yang menentang dan meragukannya, bahkan tidak sedikit muslim yang akhimya larut dengan upaya kalangan non muslim yang berusaha meragukan kebenaran mutlak Al-Qur’an.

Bersaksi atas kebenaran Al-Qur’an juga harus ditunjukkan dengan penyebaran nilai-nilainya dalam kehidupan masyarakat dan yang lebih penting lagi adalah kebenaran Al-Qur’an itu ditunjukkan dalam sikap dan prilakunya sehari-hari.

Orang seperti inilah yang mendapat jaminan masuk surga oleh Allah swt sebagaimana disebutkan dalam firman-Nya: Dan apabila mereka mende-ngarkan apa yang diturunkan kepada Rasul (Muhammad), kamu lihat mata mereka mencucurkan air mata disebabkan kebenaran (Al Quran) yang telah mereka ketahui (dari Kitab-Kitab mereka sendiri); seraya berkata: “Ya Tuhan Kami, Kami telah beriman, Maka catatlah Kami bersama orang-orang yang menjadi saksi (atas kebenaran Al Ouran dan kenabian Muhammad saw). Mengapa Kami tidak akan beriman kepada Allah dan kepada kebenaran yang datang kepada Kami, Padahal Kami sangat ingin agar Tuhan Kami memasukkan Kami ke dalam golongan orang-orang yang saleh ?”. Maka Allah memberi mereka pahala terhadap Perkataan yang mereka ucapkan, (yaitu) surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya, sedang mereka kekal di dalamnya, dan itulah balasan (bagi) orang-orang yang berbuat kebaikan (yang ikhlas keimanannya). (QS. Al-Maidah: 5]: 83-85).
13. Berbagi Kepada Orang Lain.

Banyak kebaikan yang harus kita lakukan dalam hidup ini sehingga kebaikan-kebaikan yang kita laksanakan itu membuat kita menjadi manusia yang dirasakan manfaat keberadaan kita bagi orang lain sehingga apapun yang kita miliki memberi manfaat yang besar bagi orang lain apalagi bila hal itu memang amat dibutuhkan oleh manusia.

Salah satunya adalah bila seseorang memberikan binatang ternak yang dimiliki seperti kambing untuk kemudian dinikmati susu-nya oleh banyak orang. Bila ini dilakukan, jaminan surga dijanjikan oleh Allah swt

Sebagaimana disebutkan dalam hadits Rasulullah saw: “Empat puluh kebaikan yang paling tinggi adalah pemberian seekor kambing yang diperah susunya. Tidak seorangpun yang melakukan salah satu darinya dengan mengharapkan pahala dan membenarkan apa yang dijanjikan karenanya, kecuali Allah memasukkannya ke dalam surga ” (HR. Bukhari).
14. Hakim Yang Benar.

Dalam hidup ini banyak sekali perkara antar manusia yang harus diselesaikan secara hukum sehingga diperlukan pengadilan yang mampu memutuskan perkara secara adil, untuk itu diperlukan hakim yang adil dan bijaksana sehingga ia bisa memutuskan perkara dengan sebaik-baiknya. Bila ada hakim yang baik, maka ia akan mendapat jaminan bisa masuk ke dalam surga.

Rasulullah saw bersabda: Hakim-hakim itu ada tiga golongan, dua golongan di neraka dan satu golongan di surga: Orang yang mengetahui yang benar lalu memutus dengannya, maka dia di surga. Orang yang memberikan keputusan kepada orang-orang di atas kebodohan, maka dia itu di neraka dan orang yang mengetahui yang benar lalu dia menyeleweng dalam memberikan keputusan, maka dia di neraka (HR. Abu Daud, Tirmidzi, Nasa’l, Ibnu Majah dan Hakim).

Oleh karena itu, ketika seorang muslim menjadi hakim, maka ia harus menjadi hakim yang benar, yakni hakim yang tahu tentang kebenaran dan ia memutuskan perkara secara benar.

Allah swt berfirman: Sesungguhnya Kami telah menurunkan kitab kepadamu dengan membawa kebenaran, supaya kamu mengadili antara manusia dengan apa yang telah Allah wahyukan kepadamu, danjanganlah kamu menjadi penantang (orang yang tidak bersalah), karena (membela) orang-orang yang khianat (QS An Nisa [4]:105).

Mudahan-mudahan kita termasuk orang yang mau berusaha untuk bisa masuk ke dalam surga.

Sumber : Khairu Ummah, Edisi 9, 12, dan 14 Tahun XVIII – Februari 2009

Kasiat Buah Manggis



Manfaat Manggis telah kita ketahui sejak dari dulu dan manfaat manggis bagi kesehatan telah terwujud dan digunakan baik itu secara tradisional ataupun secara modern di Asia Tenggara, Cina, Afrika untuk mengobati berbagai masalah kesehatan. Untuk saat ini banyak sekali kita temukan berbagai makanan dan  olahan dari buah manggis dimana tidak mengurangi kandungan zat yang terdapat dalam buah manggis saat kita mengkonsumsinya. Buah Tropis yang memiliki banyak manfaat dan khasiat ini juga dikenal sebagai “Ratu Buah” dimana sebagian besar penghasil buah manggis yaitu, Indonesia salah satunya.
Manfaat Buah manggis tidak hanya terletak pada buahnya saja yang memiliki nilai gizi tinggi, tetapi Kulit Manggis ternyata juga memiliki khasiat dan manfaat yang cukup bagus untuk kesehatan. Kandungan buah manggis seperti vitamin C, Serat, Kalium dan bahkan beberapa senyawa biogis aktif seperti Katekin dan Proanthocyanidins membuat buah tropis ini banyak diuru oleh semua kalangan masyarakat. Pada bagian kulit manggis, terdapat kandungan antioksidan yang bernama Xanthones dan beberapa kandungan lainnya yang sangat berguna bagi tubuh manusia seperti: anti kanker, anti inflamasi, anti bakteri, anti jamur, antivirus dan juga antioksidan.
Khasiat dan Manfaat Buah Manggis Untuk Kesehatan:
  • Membantu untuk memerangi rasa sakit (properti anti-inflamasi yang dapat mengurangi peradangan, nyeri dan kerusakan sendi dihubungkan dengan arthritis, atau nyeri yang disebabkan oleh latihan olahraga dan luka ringan)
  • Mengurangi kerusakan radikal bebas dan inflamasi – membantu menjaga kesehatan pembuluh darah, kadar kolesterol, melindungi otot jantung, menurunkan tekanan darah tinggi
  • Meningkatkan energi tanpa stimulan
  • Menjaga kesehatan usus – meringankan diare, sembelit, menstimulasi kesehatan usus normal
  • Baik digunakan pada Kulit dan Wajah – dapat diterapkan pada kulit untuk eksim, melawan bakteri yang menyebabkan masalah remaja yaitu jerawat dan juga membantu mempercepat penyembuhan luka
  • Membantu memerangi infeksi – virus, bakteri, jamur, parasit, demam
  • Dapat mengurangi gula darah pada diabetes tipe II dengan membuat insulin lebih efektif
  • Membantu untuk memerangi kerusakan radikal bebas yang mengakibatkan mutasi sel (kanker dan pertumbuhan tumor)
  • Melindungi kesehatan otak dan saraf – membantu untuk memerangi Parkinson, penyakit Alzheimer
  • Membantu untuk memerangi alergi (anti histamin), mendukung sistem kekebalan tubuh
  • Membantu untuk mengelola berat badan – mengurangi lemak tubuh

Khabbab Bin Arats radhiallahu 'anhu, Guru Besar Dalam Berkurban


Serombongan orang Quraisy mempercepat langkah mereka menuju rumah Khabbab, dengan maksud hendak mengambil pedang-pedang pesanan mereka. Memang, Khabbab seorang pandai besi yang ahli membuat alat-alat senjata terutama pedang, yang dijualnya kepada penduduk Mekah dan dikirimnya ke pasar-pasar.
Berbeda dengan biasa, Khabbab yang hampir tidak pernah meninggalkan rumah dan pekerjaannya, ketika itu tidak dijumpai oleh rombongan Quraisy tadi di rumahnya. Mereka pun duduklah menunggu kedatangannya. Beberapa lama antaranya, datanglah Khabbab, sedang pada wajahnya terlukis tanda tanya yang bercahaya dan pada kedua matanya tergenang air alamat sukacita ..., maka diucapkannya salam kepada teman-temannya itu lalu duduk di dekat mereka.

Mereka segera menanyakan kepada Khabbab: "Sudah selesaikah pedangpedang kami itu, hai Khabbab?" Sementara itu air mata Khabbab sudah kering, dan pada kedua matanya tampak sinar kegembiraan, dan seolah-olah berbicara dengan dirinya sendiri, katanya: "Sungguh, keadaannya amat mena'jubkan!" Orang-orang itu kembali bertanya kepadanya:"Hai Khabbab, keadaan mana yang kamu maksudkan ...? Yang kami tanyakan kepadamu adalah seal pedang kami, apakah sudah selesai kamu buat ... ?"

Dengan pandangannya yang menerawang seolah-olah mimpi, Khabbab lain bertanya: 
"Apakah tuantuan sudah melihatnya …? 
Dan apakah tuan-tuan sudah pernah mendengar ucapannya Mereka saling pandang diliputi tanda tanya dan keheranan .... Dan salah seorang di antara mereka kembali bertanya, kali ini dengan suatu muslihat, katanya: "Dan Bamu, apakah kamu sudah melihatnya, hai Khabbab ... ?" 
Khabbab menganggap remeh siasat lawan itu, maka ia berbalik bertanya: "Siapa maksudmu ... ?" 
"Yang saya tuju ialah orang yang kamu katakan itu!" ujar orang tadi dengan marah.

Maka Khabbab memberikan jawabannya setelah memperlihatkan kepadamereka bahwa ia tak dapat dipancing-pancing. Jika ia mengakui keimanannya sekarang ini di hadapan mereka, bukankah karena hasil muslihat dan termakan umpan mereka, tetapi karena ia telah meyakini kebenaran itu serta menganutnya, dan telah mengambil putusan untuk menyatakannya secara terus terang .... 

Maka dalam keadaan masih terharu dan terpesona serta kegembiraan jiwa dan kepuasannya, disampaikanlah jawaban, katanya:
"Benar..., saya telah melihat dan mendengarnya... !
Saya saksikan kebenaran terpancar daripadanya, dan cahaya bersinar-sinar dari tutur katanya .... !"
Sekarang orang-orang Quraisy pemesan senjata itu mulai mengerti, danmsalah seorang di antara mereka berseru: "Siapa dia orang yang kau katakan itu, hai budak Ummi Anmar ...?"

Dengan ketenangan yang hanya dimiliki oleh orang suci, Khabbab menyahut: "Siapa lagi, hai Arab shahabatku ..., siapa lagi di antara kaum anda yang daripadanya terpancar kebenauan, dan dari tutur katanya bersinar-sinar cahaya selain ia seorang. ..?"

Seorang lainnya yang bangkit terkejut mendengar itu berseru pula:
"Rupanya yang kamu maksudkan ialah Muhammad...".
 Khabbab menganggukkan kepalanya yang dipenuhi kebanggaan sertakatanya:
"Memang, ia adalah utusan Allah kepada kita, untuk membebaskan kita dari
kegelapan menuju terang benderang Dan setelah itu Khabbab tidak ingat lagi apa yang diucapkannya, begitu pun apa yang diucapkan orang kepadanya. ·· · Yang diingatnya hanyalah bahwa setelah beberapa saat lamanya ia sadarkan diri dan mendapati tamu-tamunya telah bubar dan tak ada lagi, sedang tubuh bengkak-bengkak dan tulang-ulangnya terasa sakit, dan darahnya yang mengalir melumuri pakaian dan tubuhnya.

Kedua matanya memandang berkeliling dengan tajam ..., kiranya tempat itu amat sempit untuk dapat melayani pandangan tembusnya. Maka dengan menahan rasa sakit, ia bangkit menuju tempat yang lapang, dan di muka pintu rumahnya ia berdiri sambil bersandar pada dinding, sedang kedua matanya yang mulia berkelana panjang menatap ufuk lalu berputar ke arah kanan kiri ....
Dan tiadalah ia berhenti sampai jarak yang biasa dikenal oleh manusia, tetapi ia ingin hendak menembus jarak jauh yang tidak terjangkau .... Memang …. , kedua matanya itu ingin menyelidiki kejauhan yang tidak terjangkau dalam kehidupannya, begitu pun dalam kehidupan orang-orang di kota Mekah, orang-orang di setiap tempat serta pada segala masa umumnya ....
Wahai, mungkinkah pembicaraan yang didengarnya dari Muhammad saw pada hari itu, merupakan cahaya yang dapat menerangi jalan menuju kejauhan ghaib dalam kehidupan seluruh ummat manusia...?

Demikianlah Khabbab tnggeam dalam renungan tinggi dan pemikiran mendalam, dan setelah itu ia kembali masuk rumahnya untuk membalut luka tubuhnya dan mempersiapkannya untuk menerima siksaan dan pend~ritaan baru ....! Dan mulai saat itu Khabbab pun mendapatkan kedudukan yang tinggi di antara orang-orang yang tersiksa dan teraniaya ... ! Didapatkannya kedudukan itu di antara orang-orang yang walau pun mereka miskin dan tak berdaya, tetapi berani tegak menghadapi kesombongan Quraisy, kesewenangan dan kegilaan mereka Diperolehnya kedudukan yang mulia itu di antara orang-orang yang telah memancangkan dalam jiwanya tiang bendera yang mulai berkibar di ufuk luas sebagai pernyataan tenggelamnya masa pemujaan berhala dan kekaisaran. 

la berdampinjian dengan orang yang menyampaikan berita gembira munculnya kejayaan Agama Allah, yakni Tuhan satu-satunya yang berhak diibadahi dan segala peraturannya dengan ikhlas ditaati, serta menyampaikan tibanya saat jaya bagi orang tertindas yang tidak berdaya. Ia akan duduk sama rendah berdiri sama tinggi di bawah bendera tersebut dengan orang-orang yang tadinya telah memeras dan menganiayanya.. . . Dan dengan keberanian luar biasa, Khabbab memikul tanggung jawab semua itu sebagal seouang perintis. "Berkatalah Sya'bi: Khabbab mcnunjukkan ketabahannya, hingga tak sedikit pun hatinya terpengaruh oleh tindakan biadab orang-orang kafir. Mereka menindihkan batu membara ke punggunb'nya, hingga terbakarlah dagingnya... !"

Kafir Quraisy telah merubah semua besi yang terdapat di rumah Khabbab yang dijadikannya sebagai bahan baku untuk membuat pedang, menjadi belenggu dan rantai besi. Lalu mereka masukkan ke dalam api hingga menyala dan merah membara, kemudian mereka lilitkan ke tubuh, pada kedua tangan dan kedua kaki Khabbab · · · Dan pernah pada suatu hari ia pergi bersama kawan-kawannya sependeritaan menemui Rasulullah saw. tetapi bukan karena kecewa dan kesal atas pengorbanan, hanyalah karena ingin dan mengharapkan keselamatan, kata mereka: "Wahai Rasulullah, tidakkah anda hendak memintakan pertolongan bagi kami ... ?"
Yah, marilah kita dengarkan Khabbab menceritakan langsung kepada kita kisah itu dengan kata-katanya sendiri:
"Kami pergi mengadu kepada Rasulullah saw. yang ketika itu sedang tidur berbantalkan kain burdahnya di bawah naungan Ka'bah. Permohonan kami kepadanya.· "Wahai Rasulullah, tidakkah anda hendak memohonkan kepada Allah pertolongan bagi hami...?" Rasulullah saw pun duduk, mukanya jadi merah, lalu sabdanya: "Dulu sebelum kalian, ada seorang laki-laki yang disiksa, tubuhnya dikubur kecuali leher ke atas, lalu diambil sebuah gergaji untuk menggergaji kepalanya, tetapi siksaan demikian itu tidak sedikit pun dapal memalingkannya dari Agamanya ... ! Ada pula yang disikat antara daging dan tulang-tulangnya dengan sikat besi, juga tidak dapat menggoyahkan keimanannya .... Sungguh Allah akan menyempurnakan hal tersebut, hingga setiap pengembara yang bepergian dari Shan'a ke Hadlramaut, tiada tahut kecuali oleh Allah 'Azza wa Jalla, walaupun serigala ada di antara hewan gembalaannya, tetapi saudara-saudara terburuburu……!!"

Khabbab dengan kawan-kawannya mendengarkan kata-kata itu, bertambahlah keimanan dan.keteguhan hati mereka,dan masing-masing mereka berikrar akan membuktikan kepada Allah dan Rasul-Nya hal yang diharapkan dari mereka, ialah ketabahan, keshabaran dan pengurbanan. Demikianlah Khabbab menanggung penderitaan dengan shabar, tabah dan tawakkal. Orang-orang Quraisy terpaksa meminta bantuan Ummi Anmar, yakni bekas majikan Khabbab yang telah membebaskannya dari perbudakan. Wanita tersebut akhirnya turun tangan dan turut mengambil bagian dalam menyiksa dan menderanya.

Wanita itu mengambil besi panas yang menyala, lalu menaruhnya di atas kepala dan ubun-ubun Khabbab, sementara Khabbab menggeliat kesakitan. Tetapi nafasnya ditahan hingga tidak keluar keluhan yang akan menyebabkan algojo-algojo tersebut merasa puas dan gembira... !
Pada suatu hari Rasulullah saw lewat di hadapannya, sedang besi yang membara di atas kepalanya membakar dan menghanguskannya, hingga kalbu Rasulullah pun bagaikan terangkat karena pilu dan iba hati .... Tetapi apa yang dapat diperbuat oleh Rasulullah saw untuk menolong Khabbab waktu itu ... ? Tidak ada ..., kecuali meneguhkan hatinya dan mendu'akannya .... ! Pada saat itu Rasulullah mengangkat kedua belah telapak tangannya terkembang ke arah langit, sabdanya memohon: "Ya Allah, limpahkanlah pertolongan-Mu hepada Khabbab!"

Dan kehendak Allah pun berlakulah, selang beberapa hari Ummi Anmar menerima hukuman qishas, seolah-olah hendak dijadikan peringatan oleh Yang Maha Kuasa balk bagi dirinya maupun bagi algojo-algojo lainnya. Ia diserang oleh semacam penyakit panas yang aneh dan mengerikan. Menurut keterangan ahli sejarah ia melolong seperti anjing.

Dan dinasihatkan orang mengenai dirinya bahwa satu-satunya jalan atau obat yang dapat menyembuhkannya ialah menyeterika kepalanya dengan besi menyala ... ! Demikianlah kepalanya yang angkuh itu menjadi sasaran besi panas, yang disetrikakan orang kepadanya tiap pagi dan petang Jika orang-orang Quraisy hendak mematahkan keimanan dengan siksa maka orang-orang beriman mengatasi siksaan itu dengan pengurbanan .... ! Dan Khabbab adalah salah seorang yang dipilih oleh taqdir untuk menjadi guru besar dalam ilmu tebusan dan pengurbanan ....Boleh dikata seluruh waktu dan masa hidupnya dibaktikannya untuk Agama yang panji-panjinya mulai berkibar....


Di masa-masa da'wah pertama, Khabbab r.a. tidak merasa cukup dengan hanya ibadat dan shalat semata, tetapi ia juga memanfaatkan kemampuannya dalam mengajar. Didatanginya rumah sebagian temannya yang beriman dan menyembunyikan keislaman mereka karena takut kekejaman Quraisy, lalu dibacakannya kepada mereka ayat-ayat al-Qura dan diajarkannya. Ia mencapai kemahiran dalam belajar al-Quran yang diturunkan ayat demi ayat dan surat demi surat. Abdullah bin Mas'ud meriwayatkan mengenai dirinya, bahwa Rasuiullah saw pernah bersabda:
"Barangsiapa ingin membaca al-Quran tepat sebagaimana diturunkan, hendaklah ia meniru bacaan Ibnu Ummi 'Abdin!" ...,hingga Abdullah bin Mas'ud menganggap Khabbab sebagai tempat bertanya mengenai soal-soal yang bersangkut paut dengan al-Quran, baik tentang hafalan maupunpelajarannya.

Khabbab adalah juga yang mengajarkan al-Quran kepada Fathimah binti Khatthab dan suaminya Sa'id bin Zaid ketika mereka dipergoki oleh Umar bin Khatthab yang datang dengan pedang di pinggang untuk membuat perhitungan dengan Agama Islam dan Rasulullah saw. Tetapi demi dibacanya ayat-ayat alQuran yang termaktub pada lembaran yang dipergunakan olehKhabbab untuk mengajar, ia pun  berseru dengan suaranya yang barkah:

"Tunjukkan kepadaku di mana Muhammad saw....."

Dan ketika Khabbab mendengar ucapan Umar itu, ia pun segera keluar daritempat persembunyiannya, serunya:

"Wahai Umar! Demi Allah, saya berharap kiranya kamulah yang telah dipilih oleh Allah dalam memperkenankan permohonan Nabi-Nya saw. Karena kemarin saya dengar ia memohon:

"Ya Allah, Kuathanlah Agama Islam dengan salah seorang di antara dua lelaki yang lebih Engkau sukai: Abul Hakam bin Hisyam dan Umar bin Khatthab ... !"

Umar segera menyahut: "Di mana saya dapat menemuinya sekarang ini, hai Khabkab?" "Di Shafa", ujar Khabbab, "yaitu di rumah Arqam bin Abil Arqam". Maka pergilah Umar mendapatkan keuntungan yang tidak terkira, menemui awal nasibnya yang bahagia Khabbab ibnul Arat menyertai Rasulullah saw. dalam semua peperangan dan pertempurannya, dan selama hayatnya ia tetap membela keimanan dan keyakinannya....

Dan ketika Baitulmal melimpah ruah dengan harta kekayaan di masa pemerintahan Umar dan Utsman radliyallahu 'anhuma, maka Khabbab beroleh gaji besar, karena termasuk golongan Muhajirin yang mula pertamamasuk Islam.

Penghasilannya yang cukup ini memungkinkannya untuk membangun sebuah rumah di Kufah, dan harta kekayaannya disimpan pada suatu tempat di rumah itu yang dikenal oleh para shahabat dan tamu-tamu yang memerlukannya, hingga bila di antara mereka ada sesuatu keperluan, ia dapat mengambil uang yang diperlukannya dari tempat itu ..

Walaupun demikian, Khabbab tak pernah tidur nyenyak dan tak pernah air matanya kering setiap teringat akan Rasulullah saw dan para shahabatnya yang telah membaktikan hidupnya kepada Allah. Mereka beruntung telah menemui-Nya sebelum pintu dunia dibukakan bagi Kaum Muslimin dan sebelum harta kekayaan diserahkan ke tangan mereka.

Dengarkanlah pembicaraannya dengan para pengunjung yang datang menjenguknya ketika ia r.a.· dalam sakit yang membawa ajalnya. Kata mereka kepadanya: "Senangkanlah hati anda wahai Abu Abdillah, karena anda akan dapat menjumpai teman-teman sejawat anda..;. !"

Maka ujarnya sambil menangis:

"Sungguh, saya tidak merasa kesal atau kecewa, tetapi tuan-tuan telah mengingatkan saya kepada para shahabat dan sanak saudara yang telah pergi mendahului kita dengan membawa semua amal bakti mereka, sebeiuin mereka mendapatkan ganjaran di dunia sedikit pun juga ... ! Sedang kita .., kita masih tetap hidup dan beroleh kekayaan dunia, hingga tak ada tempat untuk menyimpannya lagi kecuali tanah."

Kemudian ditunjuknya rumah sederhana yang telah dibangunnya itu, lalu ditunjuknya pula tempat untuk menaruh harta kekayaan, serta katanya: "Demi Allah, tak pernah saya menutupnya walau dengan sehelai benang, dan tak pernah saya halanginya terhadap yang meminta.... !" Dan setelah itu ia menoleh kepada kain kafan yang telah disediakan orang untuknya. Maka ketika dilihatnya mewah dan berlebih-lebihan, katany sambil mengalir air matanya:

"Lihatlah ini kain kafanku ……..!

Bukankah kain kafan Hamzah paman Rasulullah saw ketika gugur sebagai salah seorang syuhada hanyalah burdah berwarna abu-abu, yang jika ditutupkan ke kepalanya terbukalah kedua ujung kakinya, sebaliknya bila ditutupkan ke ujung kakinya, terbukalah kepalanya.... ?"

Khabbab berpulang pada tahun 37 Hijriah. Dengan demikian ahli membuat pedang di masa jahiliyah telah tiada lagi. Demikian halnya guru besar dalam pengabdian dan pengurbanan dalam Islam telah berpulang Laki-laki yang termasuk dalam jama'ah yang diturunkan al-Quran untuk membelanya, dan yang dilindungi sewaktu sebagian para bangsawan Quraisy menuntut agar Rasulullah saw menyediakan untuk menerima mereka pada suatu hari tertentu, sedang bagi orang-orang miskin seperti Khabbab,
Shuhaib dan Bilal suatu hari tertentu pula .... Kiranya al-Quranul Karim merangkul laki-laki hamba Allah itu dengan penuh kemuliaan dan kehormatan, sementara ayat-ayatnya berkumandang menyatakan kepada Rasul yang mulia seperti berikut:

Dan janganlah engkau mengusir orang-orang yang menyeru Tuhannya sepanjang pagi dan petang, mereka itu mengharap keridhaan-Nrya ... !

Enghau sedikit pun tidak diminta pertanggungjauraban yang menjadi perhitungan bagi mereka. Begitu pun perhitungan bagimu tidah akan dimintakan tanggung jawab mereka sedihit pun. Apabila engkau mengusir mereka, pasti engkau termasuk orang-orang dhalim.

Demihianlah Kami uji sebagian mereka dengan sebagian lainnya, sehingga mereka berkata: Itukah orang-orang yang diberi karunia oleh Allah di antara kita ... ? (Allah berfirman): Tidakkah Allah lebih mengetahui orang-orang yang bersyuhur... ?

Dan jika datang kepadamu orang-orang yang beriman kepada ayat-ayat Kami, ucapkanlah kepada mereka: Selamat bahagia bagi kalian, Tuhan kalian telah mewajibkan diri-Nya rasa kasih sayang.... ! (Q.S. 6 al-An'am: 52 - 54)

Demikianlah setelah turunnya ayat ini, maka Rasulullah saw. amat memuliakan mereka, dibentangkannya untuk mereka kainnya, dan dirangkulrya bahu mereka serta sabdanya: "Selamat datang bagi orang-orang yang dirihu diberi washiat oleh Allah untuk memperhatikan mereka !"

Sungguh, salah seorang putera terbaik dari masa wahyu dan generasi pengurbanan telah wafat Mungkin kata-kata terbaik yang kita ucapkan untuk melepas tokoh ini, ialah apa yang diucapkan oleh Imam Ali karamallahu wajhah ketika ia kembali dari perang Shiffin dan kebetulan pandangannya jatuh atas sebuah makam yang basah dan segar, maka tanyanya: "Makam siapa ini ... ?" "Makam Khabbab", ujar mereka. Maka lama sekali ia merenunginya dengan hati khusyu' dan duka, lain katanya:

"Semoga Allah melimpahkan rahmat kepada Khabab…!

Yang dengan ikhlas menganut Islam dengan penuh semangat……
Mengikuti hijrah semata-mata karena taat……
Seluruh hidupnya dibaktikan dalam perjuangan membasmi mak'siat.......

Ubadah Bin Shamit, Tokoh Yang Gigih Menentang Penyelewengan


‘Ubadah bin Shamit termasuk salah seorang tokoh Anshar, mengenai kaum Anshar, Rasulullah saw pernah bersabda, ”sekiranya orang-orang Anshar menuruni lembah atau celah bukit, pasti aku akan mendatangi lembah atau bukit orang-orang Anshar. Dan kalau bukanlah karena hijrah, tentulah aku akan menjadi salah seorang warga Anshar.” Dan disamping merupakan seorang warga kaum Anshar, ‘Ubadah bin Shamit merupakan salah seorang pemimpin mereka yang dipilih nabi saw sebagai utusan yang mewakili keluarga dan kaum kerabat mereka.
‘Ubadah r.a termasuk perutusan Anshar yang pertama datang ke Mekah untuk mengangkat bai’at kepada Rasulullah saw dan masuk Islam, ya’ni bai’at yang terkenal sebagai bai’at ‘Aqabah yang pertama. Ia termasuk salah seorang dari dua belas orang beriman yang segera menyatakan keislaman, mengangkat bai’at, dan menjabat tangan Rasulullah saw untuk menyatakan sokongan dan kesetiaan kepada beliau.
Dan ketika datang musim haji tahun berikutnya, ya’ni saat terjadinya bai’atul ‘Aqabah kedua yang dilakukan oleh perutusan Anshar yang terdiri dari tujuh puluh orang yang beriman baik pria maupu wanita. Maka ‘Ubadah menjadi tokoh utusan orang Anshar tersebut.
Kemudian, ketika peristiwa berturut-turut silih berganti, saat-saat perjuangan dan pengorbanan tiada henti, maka ‘Ubadah tak pernah absen dari peristiwa-peristiwa itu dan tak ketinggalan dalam memberikan sahamnya.
Semenjak ia menyatakan Allah dan Rasul-Nya sebagai pilihannya, maka dipikulnya segala tanggung jawab atas pilihannya itu dengan sebaik-baiknya.
Segala cinta kasih dan ketaatannya hanya tertumpah kepada Allah, dan segala hubungan baik dengan kaum kerabat, dengan sekutu-sekutu, maupun dengan musuh, hanya sesuai dengan norma-norma yang dikehendaki dengan keimanannya.
Semenjak dulu, keluarga ‘Ubadah telah terikat  dalam suatu perjanjian dengan orang yahudi Qainuqa’ di Madinah. Ketika Rasulullah saw bersama para sahabatnya hijrah ke kota ini, orang-orang yahudi memperlihatkan sikap damai dan persahabatan kepadanya. Tetepi pada hari-hari yang mengiringi perang badar dan mendahului perang uhud, orang-orang yahudi di Madinah mulai menampakkah belangnya. Salah satu kabilah mereka, yaitu bani Qainuqa membuat ulah untuk menimbulkan fitnah dan keributan dikalangan kaun Muslimin. Demi dilihat oleh ‘Ubadah sikap dan pendirian mereka ini, secepatnya ia melakukan tindakan yang setimpal dengan jalan membatalkan perjanjian dengan mereka. Katanya, “saya hanya akan mengikuti pimpinan Allah, Rasul-Nya, dan orang-orang yang beriman!”.
Dan tidak lama setelah itu turunlah ayat Al-quran yang memuji sikap dan kesetiaan ini, firman Allah swt, “ Dan barang siapa mengambil Allah, Rasul-Nya, dan orang-orang yang beriman menjadi penolongnya, maka sesungguhnya pengikut agama Allahlah yang pasti menang.” (Qs. Al-maidah : 56).
Ayat Al-quran yang mulia telah memaklumkan berdirinya partai Allah , dan partai itu adalah golongan orang-orang yang beriman yang berdiri di sekeliling Rasulullah saw. Mereka membawa bendera kebenaran dan petunjuk, merupakan lanjutan yang penuh berkah dari orang-orang beriman yang telah mendahului mereka dalam gelanggang sejarah. Mereka sigap berdiri disekeliling nabi-nabi dan rasul-rasul, siap mengemban tugas yang sama, ya’ni menyampaikan di masa dan di zaman mereka masing-masing kalimat Allah yang Maha Hidup lagi Maha Pengatur.
Dan kali ini Hizbullah (partai Allah) itu tidak hanya terbatas pada para sahabat Muhammad saw belaka. Tugas ini akan berkelanjutan sampai generasi-generasi dan masa-masa mendatang, hingga bumi dan tiap penduduknya diwarisi oleh orang-orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya serta tergabung di dalam barisan-Nya.
Demikianlah, tokoh ketika ayat yang mulia sengaja diturunkan untuk menyambut baik pendiriannya serta memuji kesetiaan dan keimanannya, bukan hanya menjadi juru bicara tokoh-tokoh Anshar di Madinah semata, tetapi tampil sebagai juru bicara para tokoh agama yanga akan meliputi seluruh pelosok dunia.
Sungguh ‘Ubadah bin Shamit yang mulanya hanya menjadi wakil keluarga dari suku Khazraj, sekarang meningkat menjadi salah seorang pelopor Islam dan salah seorang pemimpin kaum Muslimin.
Namanya tak ubahnya bagaikan bendera yang berkibar di sebagian besar penjuru bumi, bukan hanya untuk satu atau dua generasi belaka, tetapi akan berkepanjangan bagi setiap generasi dan seluruh masa yang di kehendaki Allah Ta’ala.
Pada suatu hari Rasulullah saw menjelaskan tentang tanggung jawab seorang amir atau wali. Di dengarnya Rasulullah saw menyatakan nasib yang akan menimpa orang-orang yang melalaikan kewajiban di antara mereka atau memperkaya dirinya dengan harta, maka tubuhnya bergetar dan hatinya berguncang. Ia bersumpah kepada Allah tidak akan menjadi kepala walau hanya bagi dua orang sekalipun, dan ia memenuhi sumpahnya dengan sebaik-baiknya dan tak pernah dilanggarnya.
Di masa pemerintahan Amirul Mu’minin ‘Umar r.a, tokoh yang bergelar al-faruq ini pun tidak berhasil mendorongnya untuk menerima suatu jabatan, kecuali dalam mengajar umat dan memperdalam soal agama Islam.
Memang, inilah satu-satunya usaha yang lebih di utamakan ‘Ubadah di bandingkan hal lainnya. Ia menjauhkan dirinya dari usaha-usaha yang ada sangkut pautnya dengan harta benda, kemewahan, maupun kekuasaan, begitupun dari segala marabahaya yang dikhawatirkan akan merusak agama dan karir dirinya yang mulia, yang dulunya tempat bersemayam jiwa yang tenteram dan roh pilihan.

Doa Mustajab pada Hari Jum’at, Kapan?



Doa adalah senjata orang mukmin, ia penghilang kegundahan, pelenyap kesusahan dan solusi jitu untuk menyelesaikan berbagai problematika hidup, karena memang pada saat berdoa kita sedang memohon kepada Dzat yang Menguasai dan Memiliki seluruh jagad raya ini; di tangan-Nya lah segala perbendaharaan langit dan bumi. Pertanyaannya, kapankah waktu ketika doa dijamin akan dikabulkan pada hari Jum’at sebagaimana yang diriwayatkan oleh  Al-Bukhari dan Muslim dalam shahihnya?
Sebaik-baik hari bagi umat Islam dalam sepekan adalah hari Jum’at. Ia-lahsayyidul ayyaam (pemimpin hari) yang paling agung dan paling utama di sisi Allah Ta’ala. Banyak ibadah yang dikhususkan pada hari itu, misalnya membaca surat As-Sajdah dan Al-Insan pada shalat Subuh, membaca surat Al-Kahfi, shalat Jum’at berikut amalan-amalan yang menyertainya, dan amal ibadah lain yang sangat dianjurkan sekali pada hari Jum’at. Di dalamnya juga terdapat satu waktu di mana doa begitu mustajab; dijanjikan akan dikabulkan. Tidaklah seorang hamba yang beriman memanjatkan do’a kepada Rabbnya pada waktu itu kecuali  Allah akan mengabulkannya selama tidak berisi pemutusan silaturahmi dan tidak meminta yang haram. Karenanya seorang muslim selayaknya memperhatikan dan memanfaatkan waktu yang berbarakah ini.
Diriwayatkan dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘Anhu, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam pernah membicarakan tentang hari Jum’at lalu beliau bersabda,
« فِيهِ سَاعَةٌ لاَ يُوَافِقُهَا عَبْدٌ مُسْلِمٌ وَهُوَ يُصَلِّى يَسْأَلُ اللَّهَ شَيْئًا إِلاَّ أَعْطَاهُ إِيَّاهُ »
“Pada hari  itu terdapat satu waktu yang tidaklah seorang hamba muslim shalat berdoa memohon kebaikan kepada Allah bertepatan pada saat itu, melainkan Dia akan mengabulkannya.” Lalu beliau mengisyaratkan dengan tangannya, -yang kami pahami- untuk menunjukkan masanya yang tidak lama (sangat singkat).” (HR. Bukhari nomor 893 dan Muslim nomor 852)

Hadits ini berkaitan dengan salah satu keutamaan hari Jum’at di mana pada hari tersebut Allah akan mengabulkan doa orang yang meminta kepada-Nya. Doa yang dipanjatkan pada saat itu mustajab (mudah dikabulkan) karena bertepatan dengan waktu pengabulan doa.

Tetapi para ulama berbeda pendapat tentang waktu dikabulkannya doa pada hari Jum’at ini. Sampai-sampai Ibnu Hajar dan Asy-Syaukani menyebutkan empat puluh tiga pendapat beserta argument masing-masingnya. Dari kesemuanya, pendapat yang paling kuat tentang waktu mustajab pada hari Jum’at ini ada dua; yaitu pertama, sejak duduknya imam di atas mimbar hingga shalat selesai, dan kedua, di akhir waktu setelah shalat Ashar. Tentang hal ini, Ibnu Hajar berkomentar, “Tidak diragukan lagi bahwa pendapat yang paling kuat adalah hadits Abu Musa (sejak duduknya imam di atas mimbar hingga shalat selesai) dan hadits Abdullah bin Salam (akhir waktu setelah shalat Ashar).” Muhibb Ath-Thabari juga berkata, “Hadits yang paling shahih adalah hadits Abu Musa, dan pendapat yang paling masyhur adalah pendapat Abdullah bin Salam. Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah juga berkata, “Pendapat yang paling kuat adalah dua pendapat yang dituntut oleh hadits-hadits yang tsabit, dan salah satunya lebih kuat daripada yang lain.” Dari sinilah kemudian para ulama salaf berbeda pendapat manakah dari keduanya yang lebih kuat.

Berikut ini uraian lebih rinci tentang kedua pendapat tersebut :
Pendapat pertama : waktu mustajab itu dimulai sejak duduknya imam di atas mimbar sampai shalat selesai. Hujjah dari pendapat ini adalah hadits Abu Burdah bin Abi Musa Al-Asy’ari, dia bercerita, “Abdullah bin Umar pernah berkata kepadaku, ‘Apakah engkau pernah mendengar ayahmu menyampaikan hadits dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengenai satu waktu yang terdapat pada hari Jum’at?’ Aku (Abu Burdah) menjawab, “Ya, aku pernah mendengarnya berkata, ‘Aku pernah mendengar Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
هِيَ مَا بَيْنَ أَنْ يَجْلِسَ الْإِمَامُ إِلَى أَنْ تُقْضَى الصَّلَاةُ
“Saat itu berlangsung antara duduknya imam sampai selesainya shalat.” (HR. Muslim nomor 853 dan Abu Dawud nomor  1049 ).

Pendapat kedua : waktu mustajab berada di akhir waktu setelah shalat Ashar.
Hadits yang menerangkan hal ini cukup banyak, di antaranya :
1. Hadits Abdullah bin Salam
Abdullah bin Salam berkata, “Aku berkata, ‘Sesungguhnya kami mendapatkan di dalam Kitabullah bahwa pada hari Jum’at terdapat satu saat yang tidaklah seorang hamba mukmin bertepatan dengannya lalu berdoa memohon sesuatu kepada Allah, melainkan akan dipenuhi permintaannya.’ Lalu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mengisyaratkan dengan tangannya bahwa itu hanya sesaat. Kemudian Abdullah bin Salam bertanya,‘kapan saat itu berlangsung?’ beliau Shallallahu alaihi wa sallam menjawab, “Saat itu berlangsung pada akhir waktu siang.” Setelah itu  Abdullah bertanya lagi, ‘Bukankah saat itu bukan waktu shalat?’ beliau menjawab,
بَلَى إِنَّ الْعَبْدَ الْمُؤْمِنَ إِذَا صَلَّى ثُمَّ جَلَسَ لَا يَحْبِسُهُ إِلَّا الصَّلَاةُ فَهُوَ فِي الصَّلَاة
“Benar, sesungguhnya seorang hamba mukmin jika mengerjakan shalat kemudian duduk, tidak menahannya kecuali shalat, melainkan dia berada di dalam shalat.” (HR. Ibnu Majah nomor 1139, dan Syaikh Al-Albani menilainya hasan shahih).
2. Hadits Abu Hurairah
Abu Hurairah Radhiyallahu anhu berkata, “Suatu ketika saya keluar menuju sebuah bukit, lalu saya berjumpa dengan Ka’ab Al-Ahbar, maka saya pun duduk-duduk bersamanya. Lantas, ia menceritakan perihal kitab Taurat kepada saya, dan saya pun menceritakan perihal Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wa sallam kepadanya.
Di antara perkara yang saya ceritakan kepadanya ialah, ketika itu saya mengatakan, bahwa Rasulullah pernah bersabda, “Sebaik-baik hari yang disinari matahari ialah hari Jum’at –sampai pada sabda beliau- ‘Di dalamnya terdapat satu waktu, tidaklah seorang muslim melakukan shalat bertepatan dengan waktu tersebut, lalu ia memohon sesuatu kepada Allah melainkan Allah akan mengabulkan permintaannya itu.”
Ka’ab berkata, ‘Apakah yang demikian itu berlangsung satu hari dalam setahun?’, maka, saya menjawab, ‘Bukan, tetapi dalam setiap hari Jum’at.’ Lantas, Ka’ab pun membaca kitab Taurat, lalu ia berkata, ‘Rasulullah benar’
Abu Hurairah melanjutkan, “Lalu saya berjumpa dengan Bashrah bin Abu Bashrah Al-Ghifari. Lantas, ia bertanya kepada saya. ‘Dari mana Anda tadi?’ saya menjawab, ‘Dari sebuah bukit’ maka ia berkata, ‘Kalau saja saya berjumpa dengan Anda sebelum Anda keluar ke sana, maka saya tidak akan keluar. Saya mendengar Rasulullah bersabda, “Tidak boleh bepergian (dalam rangka beribadah) kecuali ke tiga masjid: masjidil Haram, masjidku ini (masjid Nabawi), dan masjid Elia (masjil Aqsha di Baitul Maqdis). Ia ragu.’
Abu Hurairah berkata, “Saya kemudian berjumpa dengan Abdullah bi Salam. Maka saya pun menceritakan perihal perbincangan saya dengan Ka’ab Al-Ahbar kepadanya, dan mengenai apa yang saya ceritakan kepadanya tentang hari Jum’at.”
Saya –Abu Hurairah- berkata, “Ka’ab mengatakan bahwa yang demikian itu terjadi satu hari dalam setahun.”
Abu Hurairah melanjutkan, “Abdullah bin Salam berkata, ‘Ka’ab telah berbohong.’, lalu saya mengatakan, ‘Kemudian Ka’ab membaca kitab Taurat, dan berkata, ‘Ya, benar, yang dimaksud ialah pada setiap hari Jum’at.’ Maka, Abdullah bin Salam berkata, ‘Ka’ab benar.’ Selanjutnya, Abdullah bin Salam mengatakan, ‘Sesungguhnya saya mengetahui persis mengenai waktu yang dimaksud itu?’
Abu Hurairah berkata, “Saya berkata kepadanya, ‘Beritahukan kepada saya tentang waktu itu, dan jangan sekali-kali kamu menyembunyikannya terhadap saya.’ Maka, Abdullah bin Salam berkata, ‘Waktu yang dimaksud adalah waktu yang akhir pada setiap hari Jum’at.’
Abu Hurairah berkata, “Lantas, saya bertanya, ‘Bagaimana mungkin kalau waktu yang dimaksud ialah saat-saat yang terakhir pada hari Jum’at, sementara Rasulullah sendiri telah bersabda, “Tidaklah seorang muslim menjumpainya, di kala ia sedang melakukan shalat…; sementara waktu yang kamu sebutkan itu ialah waktu yang tidak boleh melakukan shalat?’
Lantas, Abdullah bin Salam menjawab,
أَلَمْ يَقُلْ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « مَنْ جَلَسَ مَجْلِسًا يَنْتَظِرُ الصَّلاَةَ فَهُوَ فِى صَلاَةٍ حَتَّى يُصَلِّىَ »
‘Bukankah Rasulullah juga telah bersabda, ‘Barangsiapa yang duduk pada suatu majelis sambil menunggu-nunggu shalat, maka ia itu berada dalam kondisi melakukan shalat hingga ia benar-benar melaksanakan shalat?’.”
Abu Hurairah berkata, “Saya berkata, ‘Ya, tentu.’ Abdullah bin Salam berkata, ‘Ya, itulah waktu yang dimaksud’.” (HR. Abu Dawud nomor 1046, At-Tirmidzi nomor  491, dan Abu Isa berkomentar hadits hasan shahih, sedangkan Al-Albani berkomentar hadits shahih.).
3. Hadits Jabir bin Abdillah
عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ عَنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ يَوْمُ الْجُمُعَةِ اثْنَتَا عَشْرَةَ سَاعَةً لَا يُوجَدُ فِيهَا عَبْدٌ مُسْلِمٌ يَسْأَلُ اللَّهَ شَيْئًا إِلَّا آتَاهُ إِيَّاهُ فَالْتَمِسُوهَا آخِرَ سَاعَةٍ بَعْدَ الْعَصْرِ
Dari Jabir bin Abdillah, dari Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam bersabda, “Hari Jum’at adalah dua belas jam. Di dalamnya terdapat satu waktu di mana tidaklah seorang muslim memohon sesuatu kepada Allah pada saat itu, melainkan Allah akan mengabulkannya. Maka carilah ia pada saat-saat terakhir setelah shalat Ashar.”  (HR. An-Nasa’I nomor 1388).
Dari dua pendapat ini, pendapat yang terkuat adalah pendapat kedua. Inilah pendapat mayoritas ulama. Ibnul Qayyim menjelaskan bahwa pendapat ini dianut oleh Abdullah bin Salam, Abu Hurairah, Imam Ahmad dan yang lainnya. Lebih lanjut, Ibnul Qayyim berkata, “Saat mustajab berlangsung pada akhir waktu setelah Ashar yang diagungkan oleh seluruh pemeluk agama. Menurut Ahli Kitab, ia merupakan saat pengabulan. Inilah salah satu yang ingin mereka ganti dan merubahnya. Sebagian orang dari mereka yang telah beriman mengakui hal tersebut.” 
Sekalipun pendapat kedua lebih kuat, beberapa ulama tetap menganggap bahwa pendapat pertama juga perlu diakui keabsahannya. Oleh karenanya mereka berusaha mengambil jalan tengah dengan menggabungkan kedua pendapat di atas. Tetap melazimi berdoa pada kedua waktu tersebut.

Imam Ahmad berkata, “Mayoritas hadits tentang waktu yang diharapkan terkabulnya doa menunjukkan bahwa itu terjadi setelah Ashar, tetapi juga diharapkan setelah tergelincirnya matahari (setelah imam berdiri untuk berkhutbah pen.).” 
Ibnu Abdil Barr berkata, “Semestinya yang dilakukan seorang muslim adalah bersungguh-sungguh memanjatkan doa kepada Allah untuk kebaikan agama dan dunia pada dua waktu yang telah disebutkan karena berharap dikabulkan. Karena doa itu tidak akan sia-sia, insyaAllah. Sungguh benar perkataan Ubaid bin Abrash yang mengatakan, “Siapa yang meminta kepada manusia, mereka akan menolaknya, dan siapa yang meminta Allah, pintanya tidak akan sia-sia.” Bahkan, Ibnul Qayyim yang menguatkan pendapat kedua pun, beliau tetap menekankan agar setiap muslim tetap membiasakan berdoa pada waktu shalat. Katanya, “Menurut hemat saya, waktu shalat juga merupakan waktu yang diharapkan terkabulkannya doa. Jadi, keduanya merupakan waktu mustajab meskipun satu waktu yang dikhususkan di sini adalah akhir waktu setelah shalat Ashar. Sehingga ia merupakan waktu yang telah diketahui secara pasti dari hari Jum’at; tidak maju dan tidak mundur. Adapun waktu shalat, ia mengikuti shalat itu sendiri; maju atau mundurnya. Sebab, dengan berkumpulnya kaum muslimin, shalat, kekhusyukan, dan munajat mereka kepada Allah memiliki dampak dan pengaruh yang sangat besar untuk dikabulkan. Karena, ketika kaum muslimin sedang berkumpul sangat diharapkan sekali doa terkabulkan.” Selanjutnya Ibnul Qayyim berkesimpulan, “Dengan demikian, semua hadits yang disebutkan di atas sesuai dan berkaitan. Rasulullah menganjurkan umatnya untuk senantiasa memanjatkan doa dan bermunajat kepada Allah pada dua waktu dan masa ini.”
Hal ini juga diikuti oleh Syaikh Ibnu Bazz rahimahullah sebagaimana yang dinukil oleh DR. Sa’id bin Ali al Qahthan dalam Shalâtul Mukmin. Syaikh Ibnu Bazz berkata, “Hal itu menunjukkan bahwa sudah sepantasnya bagi orang muslim untuk memberikan perhatian terhadap hari Jum’at. Sebab, di dalamnya terdapat satu saat yang tidaklah seorang muslim berdoa memohon sesuatu bertepatan dengan saat tersebut melainkan Allah akan mengabulkannya, yaitu setelah shalat Ashar. Mungkin saat ini juga terjadi setelah duduknya imam di atas mimbar. Oleh karena itu, jika seseorang datang dan duduk setelah Ashar menunggu shalat Maghrib seraya berdoa, doanya akan dikabulkan. Demikian halnya jika setelah naiknya imam ke atas mimbar, seseorang berdoa dalam sujud dan duduknya maka sudah pasti doanya akan dikabulkan.”
Jadi, mari tetap memuliakan dua waktu tersebut dengan banyak-banyak berdoa, karena doa kita pasti dikabulkan, entah kapan; diijabahi langsung, atau dihindarkan dari bahaya yang setara dengan doanya, atau sebagai penghapus dosa, atau menjadi simpanan di akhirat kelak. Wallahu A’lam bish Shawab.


[1]  .  Muhammad bin Isma’il Abu Abdillah Al-Bukhari Al-Ju’fi, Al-Jâmi’ush Shahîh Al-Mukhtashar, Tahqiq : Dr. Musthafa Dieb Al-Bugha, Cet. III, 1407 H/ 1987 M, Dar Ibni Katsir-Beirut, juz I, hal.  316,
[2]  . Muslim bin Hajjaj Abul Husain Al-Qusyairi An-Naisaburi, Shahîh Muslim, Tahqiq : Muhammad Fu’ad Abdul Baqi, Dar Ihya’it Turats Al-Araby-Beirut, juz II, hal.  583.
[3]  .  Ahmad bin Ali bin Hajar Al-Asqalani, Fathul Bârî Syarh Shahihil Bukhârî, Cet. I, 1410 H/ 1989 M, Darul Kutub Al-Ilmiyyah, Beirut, juz II, hal. 529-535.
[4]  .  Muhammad bin Ali bin Muhammad Asy-Syaukani, Nailul Authâr Syarh Muntaqal Akhbâr, Darul Fikr, Beirut, juz III, hal. 297-299.
[5]  .  Fathul Bârî Syarh Shahihil Bukhârî, ibid, juz II, hal. 535.
[6]  .  Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah, Zâdul Mâ’ad fî Hadyi Khairil Ibâd, Tahqiq : Syu’aib Al-Arnauth dan Abdul Qadir Al-Arnauth, Cet. XIV, 1407 H/ 1986 M, Muassasah Ar-Risalah, Beirut , I/389.
[7]  . Muslim bin Hajjaj Abul Husain Al-Qusyairi An-Naisaburi, Shahîh Muslim, Tahqiq : Muhammad Fu’ad Abdul Baqi, Dar Ihya’it Turats Al-Araby-Beirut, juz II, hal. 584.
[8]  . Sulaiman bin Asy’ats Abu Dawud As-Sajastani Al-Azdi, Sunan Abî Dâwud, Tahqiq : Muhammad Muhyiddin Abdul Hamid, Darul Fikr, juz I, hal. 342.
[9]  .  Muhammad bin Yazid Abu Abdillah Al-Qazwaini, Sunan Ibni Mâjah, Tahqiq : Muhammad Fu’ad Abdul Baqi, Darul Fikr, Beirut,  juz I, hal. 360.
[10]  .  Sunan Abî Dâwud, ibid, juz I, hal. 341.
[11]  . Muhammad bin Isa Abu Isa At-Tirmidzi As-Silmi, Al-Jâmi’ush Shahîh Sunan At-Tirmidzî, Tahqiq : Ahmad Muhammad Syakir, dll, Dar Ihya’it Turats Al-Arabi, Beirut, juz II, hal. 362.
[12]  .  Abu Abdirrahman Ahmad bin Syu’aib An-Nasa’I, Sunan An-Nasa’I bi Syarhis Suyuthi wa Hasyiyatis Sandi, Cet. V, 1420 H, Tahqiq : Maktab Tahqiqit Turats, Darul Ma’rifah-Beirut, juz III, hal. 110.
[13]  .  Zâdul Mâ’ad fî Hadyi Khairil Ibâd, ibid, juz I, hal. 390.
[14]  . Idem, juz I, hal. 396.
[15]  . Abu Ula Muhammad Abdurrahman bin Abdurrahim Al-Mubarakfuri, Tuhfatul Ahwadzî bi Syarhi Jâmi’it Tirmidzî, 1415 H/ 1995 M, Darul Fikr, Beirut, juz III, hal. 5.
[16]  . Abu Umar Yusuf bin Abdullah bin Muhammad bin Abdul Barr An-Namiri Al-Andalusi,At-Tamhîd lima fil Muwaththa’ minal Ma’âni wal Asânîd, Tahqiq : Usamah bin Ibrahim, Cet. IV, 1431 H/ 2010 M, Al-Faruq Al-Haditsah, juz IV, hal. 57.
[17]  .  Zâdul Mâ’ad fî Hadyi Khairil Ibâd, ibid, juz I, hal. 394.
[18]  . Idem, juz I, hal. 394.
[19]  . Dr. Sa’id bin Ali bin Wahf Al-Qahthani, Shalâtul Mu’min, Cet. II, 1424 H/ 2003 M, Muassasah Al-Jarisi-Riyadh, juz II, hlm. 758-759.

Ya Allah, Ku Mohon Rahmat-Mu

 
“Ya Allah, saya memohon kepada-Mu, rahmat dari sisi-Mu. Dengan rahmat-Mu Engkau menerangi hatiku. Dengan rahmat-Mu Engkau mengumpulkan dan memudahkan urusanku. Dengan rahmat-Mu Engkau balikkan sesuatu yang tiada dariku. Dengan rahmat-Mu Engkau Angkat kesaksianku. Dengan rahmat-Mu Engkau sucikan amalku. Dengan rahmat-Mu Engkau ilhamkan kedewasaanku. Dengan rahmat-Mu Engkau kembalikan sesuatu yang hilang dariku. Dengan rahmat-Mu Engkau jaga aku dari segala keburukan.”
“Ya Allah, karuniakan kepadaku keimanan dan keyakinan yang tidak ada kekufuran lagi setelahnya. Ya Allah karuniakan kepadaku rahmat, yang dengannya aku memperoleh kemulyaan-Mu, di dunia dan di akhirat. Ya Allah, saya mohon kepada-Mu keberhasilan dan keberuntungan dalam takdir. Predikat orang-orang syahid. Kehidupan yang bahagia. Dan pertolongan dalam menghadapi musuh.”
“Ya Allah, saya sampaikan kepada-Mu segala hajatku. Pendeknya pikiranku. Lemahnya amalku. Saya sangat membutuhkan rahmat-Mu. Karena itu, Ya Allah, saya memohon kepada-Mu, Wahai Dzat Yang Mengabulkan segala urusan. Wahai Dzat yang Melapangkan dada. Sebagaimana Engkau mudah mengalirkan (air) di antara lautan. Maka saya mohon agar Engkau menghindarkanku dari siksa menyala-nyala. Menghindarkanku dari do’a yang sia-sia. Dan dari fitnah kubur. Ya Allah, sungguh, sangat pendek pikiranku tentang itu. Urusanku tidak sampai menjangkaunya. Dan niatku tidak sampai melampauinya, dari kebaikan yang telah Engkau janjikan kepada seseorang dari makhluk-Mu. Atau kebaikan yang Engkau berikan kepada seseorang dari hamba-hamba-Mu. Dan karena itu saya rindu kepada-Mu akan itu. Saya memohon kepada-Mu bisa mendapatkannya dengan rahmat-Mu, Ya Rabbal ‘Alamin.”
“Ya Allah, Dzat Yang mempunyai tali yang kuat dan urusan yang baik. Ya Allah, saya memohon kepada-Mu rasa aman di hari persaksian. Syurga di hari kekekalan. Bersama orang-orang dekat lagi syuhada’. Bersama orang-orang yang rukuk lagi sujud. Bersama dengan orang-orang yang memenuhi janji-janjinya. Ya Allah, Sungguh Engkau Maha Cinta dan Kasih-Sayang. Dan Engkau bekerja sesuai dengan apa yang Engkau kehendaki sendiri.”
“Ya Allah, jadikan kami orang-orang yang menjadi sebab orang lain mendapat petunjuk, dan kami sendiri bagian dari orang-orang yang mendapatkan petunjuk. Bukan orang-orang yang sesat lagi menyesatkan. Damai terhadap penolong-penolong-Mu. Perang terhadap musuh-musuh-Mu. Kami cinta dengan cinta-Mu kepada orang yang mencintai-Mu. Kami menentang dengan permusuhan-Mu terhadap orang yang melawan-Mu. Ya Allah, inilah do’a, telah kami panjatkan, karena itu sewajarnya Engkau mengabulkan. Ya Allah, kesungguhan telah kami buktikan, oleh karena itu Engkau pasti melepangkan.”
“Ya Allah, saya hamba-Mu, putra dari hamba-Mu, putra dari budak-Mu. Ubun-ubunku berada dalam genggaman-Mu. Hukum-Mu berlaku bagiku. Adil putusan-Mu padaku. Saya memohon kepada-Mu dengan menyebut segala nama-Mu. Nama Yang Engkau sendiri menamai-Mu. Atau nama yang telah Engkau turunkan dalam kitab-Mu. Atau nama yang telah Engkau ajarkan kepada salah satu makhluk-Mu. Atau nama yang hanya Engkau yang tahu karena Engkau rahasiakan dalam sisi-Mu. Agar Engkau, Ya Allah, menjadikan Al Qur’an sebagai pelita hatiku. Sebagai cahaya bagi dadaku. Sebagai penawar kegelisahanku. Sebagai penghalau kegundahanku.”
“Ya Allah, sayangi aku untuk meninggalkan maksiat dan dosa, selamanya, selama Engkau menghidupkanku. Ya Allah, sayangi aku, agar Engkau tidak membebani aku di luar kemampuanku. Ya Allah, karuniakan kepadaku penglihatan yang indah terhadap sesuatu yang Engkau ridhai dariku. Ya Allah, Pencipta langit dan bumi. Dzat Yang Maha Tinggi lagi Terhormat. Mulya yang tiada duanya. Ya Allah, saya memohon kepada-Mu, Wahai Dzat Yang Maha Kasih. Saya memohon kepada-Mu dengan kemulyaan Engkau dan cahaya Wajah-Mu, agar Engkau meneguhkan hatiku dalam menjaga kitab-Mu, sebagaimana Engkau mengajarkan itu kepada kami. Karuniakan kepadaku kekuatan untuk selalu membacanya sesuai yang Engkau ridhai.”
“Ya Allah, Pencipta langit dan bumi. Dzat Yang Maha Tinggi lagi Mulya.Yang memiliki Kehormatan tiada tanding. Ya Allah, saya memohon kepada-Mu, Wahai Dzat Yang Maha Kasih. Saya memohon kepada-Mu dengan kemulyaan-Mu dan cahaya Wajah-Mu, agar Engkau menerangi penglihatanku dengan Kitab-Mu. Agar Engkau melancarkan lisanku dengan kitab-Mu. Agar Engkau lapangkan hatiku dengan Kitab-Mu. Agar Engkau luaskan dadaku dengan Kitab-Mu. Agar Engkau bersihkan badanku dengan Kitab-Mu. Karena tidak ada yang bisa menolongku dalam menjalankan kebaikan selain-Mu. Tiada yang bisa mendatangkan kebaikan kepadaku selain Engkau. Dan tidak ada daya dan upaya kecuali datang dari Engkau, Ya Allah, Dzat yang Maha Tinggi lagi Maha Agung.”
Doa Assyaikh Yusuf Al Qaradhawi, diambil dari dakwatuna

KEBERADAAN LOGAM ALKALI TANAH DI ALAM


Logam alkali tanah memilii sifat yang reaktif sehingga di alam hanya ditemukan dalam bentuk senyawanya. Berikut keberadaan senyawa yang mengandung logam alkali :
Berilium. Berilium tidak begitu banyak terdapat di kerak bumi, bahkan hampir bisa dikatakan tidak ada. Sedangkan di alam berilium dapat bersenyawa menjadi Mineral beril [Be3Al2(SiO 6)3], dan Krisoberil [Al2BeO4].
Magnesium. Magnesium berperingkat nomor 7 terbanyak yang terdapat di kerak bumi, dengan 1,9% keberadaannya. Di alam magnesium bisa bersenyawa menjadi Magnesium Klorida [MgCl2], Senyawa Karbonat [MgCO3], Dolomit [MgCa(CO3)2], dan Senyawa Epsomit [MgSO4.7H2O]
Kalsium. Kalsium adalah logam alkali yang paling banyak terdapat di kerak bumi. Bahkan kalsium menjadi nomor 5 terbanyak yang terdapat di kerak bumi, dengan 3,4% keberadaanya. Di alam kalsium dapat membentuk senyawa karbonat [CaCO3], Senyawa Fospat [CaPO4], Senyawa Sulfat [CaSO4], Senyawa Fourida [CaF]
Stronsium. Stronsium berada di kerak bumi dengan jumlah 0,03%. Di alam strontium dapat membuntuk senyawa Mineral Selesit [SrSO4], dan Strontianit
Barium. Barium berada di kerak bumi sebanyak 0,04%. Di alam barium dapat membentuk senyawa : Mineral Baritin [BaSO4], dan Mineral Witerit [BaCO3]

Mujahid Muda dan Sang Istri Penyabar

Kisah nyata ini diceritakan oleh seorang anggota Harakah Ansar Iran (Kelompok Mujahidin Ahlus Sunnah wal Jamaah di Iran) melalui situs resminya, tentang seorang mujahid dan istrinya yang penyabar. Berikut kisahnya:
Saya akan menceritakan kepada kalian sebuah kisah yang indah tentang seorang mujahid muda ketika ia baru pertama kali bergabung di jajaran Mujahidin, beberapa tahun lalu. Tahukah kalian, ia adalah seorang mujahid yang cintanya terhadap Allah dan Jihad sangat besar. Ia berangkat untuk menunaikan kewajibannya pada saat Subuh setelah hari pernikahannya. Tetapi yang sangat luar biasa adalah apa yang istrinya katakan ketika ia hendak pergi. Sang istri mengatakan, “Aku akan senantiasa bersujud kepada Allah hingga engkau kembali atau jasadmu kembali.” Dengan dorongan semangat ini, ia meninggalkan kesenangan duniawi, demi sebuah hidup penuh kesulitan dan pengorbanan.
Pada suatu malam, pada saat perjalanannya dari satu kamp ke kamp yang lain, ia merelakan dirinya sendiri untuk mencari bantuan makanan di dekat desa terdekat untuk para sahabat mujahidin. Mengetuk pintu dari rumah ke rumah, ia disambut dengan sambutan yang sangat tidak ramah, setiap rumah hanya mengatakan kepadanya bahwa para Mujahidin itu tidak diterima di sini.
Pada saat ia tiba di rumah ke-10, ia mengangkat tangannya berdoa kepada Allah dan mengatakan “Ya Allah! Engkau adalah saksiku bahwa Aku hanya ingin mencari sisa makanan untuk saudara-saudaraku, sehingga kami bisa menunaikan kewajiban kami lebih baik lagi demi Engkau. Dan Engkau adalah Maha Pemberi, Maha Pemurah!”
Terkejutlah ia, rumah terakhir ini sangat menyambutnya dengan hangat. Sang pemilik menawarkan semua rotinya dan mengatakan, “Bagaimana mungkin keluargaku bisa tidur, sementara para tentara Allah kelaparan?” Dan kemudian dengan semua kantong penuh makanan, ia kembali dengan sangat gembira ke kamp yang jauhnya beberapa kilometer.
Namun, di belakangnya ia mendengar suara tangisan dan teriakan yang datang dari salah satu rumah di pinggiran desa itu. Segera ia meletakkan makannya di pinggir jalan dan masuk ke rumah itu untuk memeriksanya – tidak ada persiapan untuk apa yang akan dihadapi.
Di sana ia melihat 5 hingga 6 laki-laki memperkosa salah satu gadis desa itu.
“Hey!” ia berteriak tanpa ragu-ragu, mengagetkan geng pemerkosa itu. “Jika kalian tidak berhenti sekarang dan pergi, Aku akan membunuh kalian semua!” lanjutnya dengan pandangan tajam (yakin). Tetapi sebelum ia bisa mengambil pistol yang ada di pinggannya, salah satu dari para pemerkosa itu berada di ruangan lain, mengeluarkan pisau dan menikamnya di punggung dan kakinya – membuatnya tersungkur ke lantai.
Beruntungnya, meski dalam keadaan kalut, ia mampu mengeluarkan pistolnya dan menembaki semua pemerkosa itu (dengan rahmat Allah). 
Dengan mengabaikan rasa sakitnya dan nyaris tak bisa berjalan, ia mengenakan pakaian gadis muda itu, mengambil makanannya, dan membawanya kembali ke desa dengan selamat. Dan sebelum ada orang tahu siapa yang telah menyelamatkan gadis muda itu, ia kembali ke kampnya.
Ketika ia kembali, dengan bajunya yang bersimbah darah, ia segera disambut oleh para Mujahidin dan menceritakan kepada mereka tentang peristiwa yang telah terjadi. Para Mujahidin terkejut dan terkagum padanya, bahwa mujahid muda yang belum berpengalaman ini mampu menangani geng pemerkosa itu sendirian.
Yang membuat bertambah kekaguman mereka adalah, pada saat itu mereka juga mengetahui bahwa ia baru saja menikah dan datang ke tanah Jihad ini sehari setelah pernikahannya. Komandan menghiburnya karena luka-luka yang ia derita, mendoakannya, dan mengirimnya kembali ke rumahnya untuk meluangkan waktu bersama istrinya hingga ia sembuh dari lukanya.
Setelah tidak melihat istrinya selama beberapa minggu setelah pernikahannya, ia mengatakan kepada saya (yang bercerita -pent) “Ketika Aku kembali ke rumah, ke istri saya, seakan Allah telah menempatkan cinta satu sama lain di hati kami. Kami tahu bahwa kami menikah untuk mencari ridho Allah, dan kami  akan membantu satu sama lain untuk membangun istana kami di Jannah, bersama.”
Kemudian, ia telah sembuh, Alhamdulillah, dan telah kembali untuk berjihad bersama istrinya yang penyabar yang mendukungnya dari rumah.
Semoga Allah memberikan kita Mujahidin seperti ikhwan ini, dan para istri seperti akhwat ini, Aamiin.
Oleh: Nasser Balochi

(muslimahzone.com/arrahmah.com)
Kisah nyata ini diceritakan oleh seorang anggota Harakah Ansar Iran (Kelompok Mujahidin Ahlus Sunnah wal Jamaah di Iran) melalui situs resminya, tentang seorang mujahid dan istrinya yang penyabar. Berikut kisahnya:
Saya akan menceritakan kepada kalian sebuah kisah yang indah tentang seorang mujahid muda ketika ia baru pertama kali bergabung di jajaran Mujahidin, beberapa tahun lalu. Tahukah kalian, ia adalah seorang mujahid yang cintanya terhadap Allah dan Jihad sangat besar. Ia berangkat untuk menunaikan kewajibannya pada saat Subuh setelah hari pernikahannya. Tetapi yang sangat luar biasa adalah apa yang istrinya katakan ketika ia hendak pergi. Sang istri mengatakan, “Aku akan senantiasa bersujud kepada Allah hingga engkau kembali atau jasadmu kembali.” Dengan dorongan semangat ini, ia meninggalkan kesenangan duniawi, demi sebuah hidup penuh kesulitan dan pengorbanan.
Pada suatu malam, pada saat perjalanannya dari satu kamp ke kamp yang lain, ia merelakan dirinya sendiri untuk mencari bantuan makanan di dekat desa terdekat untuk para sahabat mujahidin. Mengetuk pintu dari rumah ke rumah, ia disambut dengan sambutan yang sangat tidak ramah, setiap rumah hanya mengatakan kepadanya bahwa para Mujahidin itu tidak diterima di sini.
Pada saat ia tiba di rumah ke-10, ia mengangkat tangannya berdoa kepada Allah dan mengatakan “Ya Allah! Engkau adalah saksiku bahwa Aku hanya ingin mencari sisa makanan untuk saudara-saudaraku, sehingga kami bisa menunaikan kewajiban kami lebih baik lagi demi Engkau. Dan Engkau adalah Maha Pemberi, Maha Pemurah!”
Terkejutlah ia, rumah terakhir ini sangat menyambutnya dengan hangat. Sang pemilik menawarkan semua rotinya dan mengatakan, “Bagaimana mungkin keluargaku bisa tidur, sementara para tentara Allah kelaparan?” Dan kemudian dengan semua kantong penuh makanan, ia kembali dengan sangat gembira ke kamp yang jauhnya beberapa kilometer.
Namun, di belakangnya ia mendengar suara tangisan dan teriakan yang datang dari salah satu rumah di pinggiran desa itu. Segera ia meletakkan makannya di pinggir jalan dan masuk ke rumah itu untuk memeriksanya – tidak ada persiapan untuk apa yang akan dihadapi.
Di sana ia melihat 5 hingga 6 laki-laki memperkosa salah satu gadis desa itu.
“Hey!” ia berteriak tanpa ragu-ragu, mengagetkan geng pemerkosa itu. “Jika kalian tidak berhenti sekarang dan pergi, Aku akan membunuh kalian semua!” lanjutnya dengan pandangan tajam (yakin). Tetapi sebelum ia bisa mengambil pistol yang ada di pinggannya, salah satu dari para pemerkosa itu berada di ruangan lain, mengeluarkan pisau dan menikamnya di punggung dan kakinya – membuatnya tersungkur ke lantai.
Beruntungnya, meski dalam keadaan kalut, ia mampu mengeluarkan pistolnya dan menembaki semua pemerkosa itu (dengan rahmat Allah).
Dengan mengabaikan rasa sakitnya dan nyaris tak bisa berjalan, ia mengenakan pakaian gadis muda itu, mengambil makanannya, dan membawanya kembali ke desa dengan selamat. Dan sebelum ada orang tahu siapa yang telah menyelamatkan gadis muda itu, ia kembali ke kampnya.
Ketika ia kembali, dengan bajunya yang bersimbah darah, ia segera disambut oleh para Mujahidin dan menceritakan kepada mereka tentang peristiwa yang telah terjadi. Para Mujahidin terkejut dan terkagum padanya, bahwa mujahid muda yang belum berpengalaman ini mampu menangani geng pemerkosa itu sendirian.
Yang membuat bertambah kekaguman mereka adalah, pada saat itu mereka juga mengetahui bahwa ia baru saja menikah dan datang ke tanah Jihad ini sehari setelah pernikahannya. Komandan menghiburnya karena luka-luka yang ia derita, mendoakannya, dan mengirimnya kembali ke rumahnya untuk meluangkan waktu bersama istrinya hingga ia sembuh dari lukanya.
Setelah tidak melihat istrinya selama beberapa minggu setelah pernikahannya, ia mengatakan kepada saya (yang bercerita -pent) “Ketika Aku kembali ke rumah, ke istri saya, seakan Allah telah menempatkan cinta satu sama lain di hati kami. Kami tahu bahwa kami menikah untuk mencari ridho Allah, dan kami  akan membantu satu sama lain untuk membangun istana kami di Jannah, bersama.”
Kemudian, ia telah sembuh, Alhamdulillah, dan telah kembali untuk berjihad bersama istrinya yang penyabar yang mendukungnya dari rumah.
Semoga Allah memberikan kita Mujahidin seperti ikhwan ini, dan para istri seperti akhwat ini, Aamiin.
Oleh: Nasser Balochi
(muslimahzone.com/arrahmah.com)
- See more at: http://www.arrahmah.com/read/2013/01/02/25851-kisah-mujahid-muda-dan-sang-istri-penyabar-di-tanah-iran.html#sthash.QLGQZowv.dpuf



Kisah mujahid muda dan sang istri penyabar di tanah Iran

Rabu, 20 Safar 1434 H / 2 Januari 2013 21:40

Kisah mujahid muda dan sang istri penyabar di tanah Iran
(Arrahmah.com) – Kisah nyata ini diceritakan oleh seorang anggota Harakah Ansar Iran (Kelompok Mujahidin Ahlus Sunnah wal Jamaah di Iran) melalui situs resminya, tentang seorang mujahid dan istrinya yang penyabar. Berikut kisahnya:
Saya akan menceritakan kepada kalian sebuah kisah yang indah tentang seorang mujahid muda ketika ia baru pertama kali bergabung di jajaran Mujahidin, beberapa tahun lalu. Tahukah kalian, ia adalah seorang mujahid yang cintanya terhadap Allah dan Jihad sangat besar. Ia berangkat untuk menunaikan kewajibannya pada saat Subuh setelah hari pernikahannya. Tetapi yang sangat luar biasa adalah apa yang istrinya katakan ketika ia hendak pergi. Sang istri mengatakan, “Aku akan senantiasa bersujud kepada Allah hingga engkau kembali atau jasadmu kembali.” Dengan dorongan semangat ini, ia meninggalkan kesenangan duniawi, demi sebuah hidup penuh kesulitan dan pengorbanan.
Pada suatu malam, pada saat perjalanannya dari satu kamp ke kamp yang lain, ia merelakan dirinya sendiri untuk mencari bantuan makanan di dekat desa terdekat untuk para sahabat mujahidin. Mengetuk pintu dari rumah ke rumah, ia disambut dengan sambutan yang sangat tidak ramah, setiap rumah hanya mengatakan kepadanya bahwa para Mujahidin itu tidak diterima di sini.
Pada saat ia tiba di rumah ke-10, ia mengangkat tangannya berdoa kepada Allah dan mengatakan “Ya Allah! Engkau adalah saksiku bahwa Aku hanya ingin mencari sisa makanan untuk saudara-saudaraku, sehingga kami bisa menunaikan kewajiban kami lebih baik lagi demi Engkau. Dan Engkau adalah Maha Pemberi, Maha Pemurah!”
Terkejutlah ia, rumah terakhir ini sangat menyambutnya dengan hangat. Sang pemilik menawarkan semua rotinya dan mengatakan, “Bagaimana mungkin keluargaku bisa tidur, sementara para tentara Allah kelaparan?” Dan kemudian dengan semua kantong penuh makanan, ia kembali dengan sangat gembira ke kamp yang jauhnya beberapa kilometer.
Namun, di belakangnya ia mendengar suara tangisan dan teriakan yang datang dari salah satu rumah di pinggiran desa itu. Segera ia meletakkan makannya di pinggir jalan dan masuk ke rumah itu untuk memeriksanya – tidak ada persiapan untuk apa yang akan dihadapi.
Di sana ia melihat 5 hingga 6 laki-laki memperkosa salah satu gadis desa itu.
“Hey!” ia berteriak tanpa ragu-ragu, mengagetkan geng pemerkosa itu. “Jika kalian tidak berhenti sekarang dan pergi, Aku akan membunuh kalian semua!” lanjutnya dengan pandangan tajam (yakin). Tetapi sebelum ia bisa mengambil pistol yang ada di pinggannya, salah satu dari para pemerkosa itu berada di ruangan lain, mengeluarkan pisau dan menikamnya di punggung dan kakinya – membuatnya tersungkur ke lantai.
Beruntungnya, meski dalam keadaan kalut, ia mampu mengeluarkan pistolnya dan menembaki semua pemerkosa itu (dengan rahmat Allah).
Dengan mengabaikan rasa sakitnya dan nyaris tak bisa berjalan, ia mengenakan pakaian gadis muda itu, mengambil makanannya, dan membawanya kembali ke desa dengan selamat. Dan sebelum ada orang tahu siapa yang telah menyelamatkan gadis muda itu, ia kembali ke kampnya.
Ketika ia kembali, dengan bajunya yang bersimbah darah, ia segera disambut oleh para Mujahidin dan menceritakan kepada mereka tentang peristiwa yang telah terjadi. Para Mujahidin terkejut dan terkagum padanya, bahwa mujahid muda yang belum berpengalaman ini mampu menangani geng pemerkosa itu sendirian.
Yang membuat bertambah kekaguman mereka adalah, pada saat itu mereka juga mengetahui bahwa ia baru saja menikah dan datang ke tanah Jihad ini sehari setelah pernikahannya. Komandan menghiburnya karena luka-luka yang ia derita, mendoakannya, dan mengirimnya kembali ke rumahnya untuk meluangkan waktu bersama istrinya hingga ia sembuh dari lukanya.
Setelah tidak melihat istrinya selama beberapa minggu setelah pernikahannya, ia mengatakan kepada saya (yang bercerita -pent) “Ketika Aku kembali ke rumah, ke istri saya, seakan Allah telah menempatkan cinta satu sama lain di hati kami. Kami tahu bahwa kami menikah untuk mencari ridho Allah, dan kami  akan membantu satu sama lain untuk membangun istana kami di Jannah, bersama.”
Kemudian, ia telah sembuh, Alhamdulillah, dan telah kembali untuk berjihad bersama istrinya yang penyabar yang mendukungnya dari rumah.
Semoga Allah memberikan kita Mujahidin seperti ikhwan ini, dan para istri seperti akhwat ini, Aamiin.
Oleh: Nasser Balochi
(muslimahzone.com/arrahmah.com)
- See more at: http://www.arrahmah.com/read/2013/01/02/25851-kisah-mujahid-muda-dan-sang-istri-penyabar-di-tanah-iran.html#sthash.QLGQZowv.dpuf



Kisah mujahid muda dan sang istri penyabar di tanah Iran

Rabu, 20 Safar 1434 H / 2 Januari 2013 21:40

Kisah mujahid muda dan sang istri penyabar di tanah Iran
(Arrahmah.com) – Kisah nyata ini diceritakan oleh seorang anggota Harakah Ansar Iran (Kelompok Mujahidin Ahlus Sunnah wal Jamaah di Iran) melalui situs resminya, tentang seorang mujahid dan istrinya yang penyabar. Berikut kisahnya:
Saya akan menceritakan kepada kalian sebuah kisah yang indah tentang seorang mujahid muda ketika ia baru pertama kali bergabung di jajaran Mujahidin, beberapa tahun lalu. Tahukah kalian, ia adalah seorang mujahid yang cintanya terhadap Allah dan Jihad sangat besar. Ia berangkat untuk menunaikan kewajibannya pada saat Subuh setelah hari pernikahannya. Tetapi yang sangat luar biasa adalah apa yang istrinya katakan ketika ia hendak pergi. Sang istri mengatakan, “Aku akan senantiasa bersujud kepada Allah hingga engkau kembali atau jasadmu kembali.” Dengan dorongan semangat ini, ia meninggalkan kesenangan duniawi, demi sebuah hidup penuh kesulitan dan pengorbanan.
Pada suatu malam, pada saat perjalanannya dari satu kamp ke kamp yang lain, ia merelakan dirinya sendiri untuk mencari bantuan makanan di dekat desa terdekat untuk para sahabat mujahidin. Mengetuk pintu dari rumah ke rumah, ia disambut dengan sambutan yang sangat tidak ramah, setiap rumah hanya mengatakan kepadanya bahwa para Mujahidin itu tidak diterima di sini.
Pada saat ia tiba di rumah ke-10, ia mengangkat tangannya berdoa kepada Allah dan mengatakan “Ya Allah! Engkau adalah saksiku bahwa Aku hanya ingin mencari sisa makanan untuk saudara-saudaraku, sehingga kami bisa menunaikan kewajiban kami lebih baik lagi demi Engkau. Dan Engkau adalah Maha Pemberi, Maha Pemurah!”
Terkejutlah ia, rumah terakhir ini sangat menyambutnya dengan hangat. Sang pemilik menawarkan semua rotinya dan mengatakan, “Bagaimana mungkin keluargaku bisa tidur, sementara para tentara Allah kelaparan?” Dan kemudian dengan semua kantong penuh makanan, ia kembali dengan sangat gembira ke kamp yang jauhnya beberapa kilometer.
Namun, di belakangnya ia mendengar suara tangisan dan teriakan yang datang dari salah satu rumah di pinggiran desa itu. Segera ia meletakkan makannya di pinggir jalan dan masuk ke rumah itu untuk memeriksanya – tidak ada persiapan untuk apa yang akan dihadapi.
Di sana ia melihat 5 hingga 6 laki-laki memperkosa salah satu gadis desa itu.
“Hey!” ia berteriak tanpa ragu-ragu, mengagetkan geng pemerkosa itu. “Jika kalian tidak berhenti sekarang dan pergi, Aku akan membunuh kalian semua!” lanjutnya dengan pandangan tajam (yakin). Tetapi sebelum ia bisa mengambil pistol yang ada di pinggannya, salah satu dari para pemerkosa itu berada di ruangan lain, mengeluarkan pisau dan menikamnya di punggung dan kakinya – membuatnya tersungkur ke lantai.
Beruntungnya, meski dalam keadaan kalut, ia mampu mengeluarkan pistolnya dan menembaki semua pemerkosa itu (dengan rahmat Allah).
Dengan mengabaikan rasa sakitnya dan nyaris tak bisa berjalan, ia mengenakan pakaian gadis muda itu, mengambil makanannya, dan membawanya kembali ke desa dengan selamat. Dan sebelum ada orang tahu siapa yang telah menyelamatkan gadis muda itu, ia kembali ke kampnya.
Ketika ia kembali, dengan bajunya yang bersimbah darah, ia segera disambut oleh para Mujahidin dan menceritakan kepada mereka tentang peristiwa yang telah terjadi. Para Mujahidin terkejut dan terkagum padanya, bahwa mujahid muda yang belum berpengalaman ini mampu menangani geng pemerkosa itu sendirian.
Yang membuat bertambah kekaguman mereka adalah, pada saat itu mereka juga mengetahui bahwa ia baru saja menikah dan datang ke tanah Jihad ini sehari setelah pernikahannya. Komandan menghiburnya karena luka-luka yang ia derita, mendoakannya, dan mengirimnya kembali ke rumahnya untuk meluangkan waktu bersama istrinya hingga ia sembuh dari lukanya.
Setelah tidak melihat istrinya selama beberapa minggu setelah pernikahannya, ia mengatakan kepada saya (yang bercerita -pent) “Ketika Aku kembali ke rumah, ke istri saya, seakan Allah telah menempatkan cinta satu sama lain di hati kami. Kami tahu bahwa kami menikah untuk mencari ridho Allah, dan kami  akan membantu satu sama lain untuk membangun istana kami di Jannah, bersama.”
Kemudian, ia telah sembuh, Alhamdulillah, dan telah kembali untuk berjihad bersama istrinya yang penyabar yang mendukungnya dari rumah.
Semoga Allah memberikan kita Mujahidin seperti ikhwan ini, dan para istri seperti akhwat ini, Aamiin.
Oleh: Nasser Balochi
(muslimahzone.com/arrahmah.com)
- See more at: http://www.arrahmah.com/read/2013/01/02/25851-kisah-mujahid-muda-dan-sang-istri-penyabar-di-tanah-iran.html#sthash.QLGQZowv.dpuf



Kisah mujahid muda dan sang istri penyabar di tanah Iran

Rabu, 20 Safar 1434 H / 2 Januari 2013 21:40

Kisah mujahid muda dan sang istri penyabar di tanah Iran
(Arrahmah.com) – Kisah nyata ini diceritakan oleh seorang anggota Harakah Ansar Iran (Kelompok Mujahidin Ahlus Sunnah wal Jamaah di Iran) melalui situs resminya, tentang seorang mujahid dan istrinya yang penyabar. Berikut kisahnya:
Saya akan menceritakan kepada kalian sebuah kisah yang indah tentang seorang mujahid muda ketika ia baru pertama kali bergabung di jajaran Mujahidin, beberapa tahun lalu. Tahukah kalian, ia adalah seorang mujahid yang cintanya terhadap Allah dan Jihad sangat besar. Ia berangkat untuk menunaikan kewajibannya pada saat Subuh setelah hari pernikahannya. Tetapi yang sangat luar biasa adalah apa yang istrinya katakan ketika ia hendak pergi. Sang istri mengatakan, “Aku akan senantiasa bersujud kepada Allah hingga engkau kembali atau jasadmu kembali.” Dengan dorongan semangat ini, ia meninggalkan kesenangan duniawi, demi sebuah hidup penuh kesulitan dan pengorbanan.
Pada suatu malam, pada saat perjalanannya dari satu kamp ke kamp yang lain, ia merelakan dirinya sendiri untuk mencari bantuan makanan di dekat desa terdekat untuk para sahabat mujahidin. Mengetuk pintu dari rumah ke rumah, ia disambut dengan sambutan yang sangat tidak ramah, setiap rumah hanya mengatakan kepadanya bahwa para Mujahidin itu tidak diterima di sini.
Pada saat ia tiba di rumah ke-10, ia mengangkat tangannya berdoa kepada Allah dan mengatakan “Ya Allah! Engkau adalah saksiku bahwa Aku hanya ingin mencari sisa makanan untuk saudara-saudaraku, sehingga kami bisa menunaikan kewajiban kami lebih baik lagi demi Engkau. Dan Engkau adalah Maha Pemberi, Maha Pemurah!”
Terkejutlah ia, rumah terakhir ini sangat menyambutnya dengan hangat. Sang pemilik menawarkan semua rotinya dan mengatakan, “Bagaimana mungkin keluargaku bisa tidur, sementara para tentara Allah kelaparan?” Dan kemudian dengan semua kantong penuh makanan, ia kembali dengan sangat gembira ke kamp yang jauhnya beberapa kilometer.
Namun, di belakangnya ia mendengar suara tangisan dan teriakan yang datang dari salah satu rumah di pinggiran desa itu. Segera ia meletakkan makannya di pinggir jalan dan masuk ke rumah itu untuk memeriksanya – tidak ada persiapan untuk apa yang akan dihadapi.
Di sana ia melihat 5 hingga 6 laki-laki memperkosa salah satu gadis desa itu.
“Hey!” ia berteriak tanpa ragu-ragu, mengagetkan geng pemerkosa itu. “Jika kalian tidak berhenti sekarang dan pergi, Aku akan membunuh kalian semua!” lanjutnya dengan pandangan tajam (yakin). Tetapi sebelum ia bisa mengambil pistol yang ada di pinggannya, salah satu dari para pemerkosa itu berada di ruangan lain, mengeluarkan pisau dan menikamnya di punggung dan kakinya – membuatnya tersungkur ke lantai.
Beruntungnya, meski dalam keadaan kalut, ia mampu mengeluarkan pistolnya dan menembaki semua pemerkosa itu (dengan rahmat Allah).
Dengan mengabaikan rasa sakitnya dan nyaris tak bisa berjalan, ia mengenakan pakaian gadis muda itu, mengambil makanannya, dan membawanya kembali ke desa dengan selamat. Dan sebelum ada orang tahu siapa yang telah menyelamatkan gadis muda itu, ia kembali ke kampnya.
Ketika ia kembali, dengan bajunya yang bersimbah darah, ia segera disambut oleh para Mujahidin dan menceritakan kepada mereka tentang peristiwa yang telah terjadi. Para Mujahidin terkejut dan terkagum padanya, bahwa mujahid muda yang belum berpengalaman ini mampu menangani geng pemerkosa itu sendirian.
Yang membuat bertambah kekaguman mereka adalah, pada saat itu mereka juga mengetahui bahwa ia baru saja menikah dan datang ke tanah Jihad ini sehari setelah pernikahannya. Komandan menghiburnya karena luka-luka yang ia derita, mendoakannya, dan mengirimnya kembali ke rumahnya untuk meluangkan waktu bersama istrinya hingga ia sembuh dari lukanya.
Setelah tidak melihat istrinya selama beberapa minggu setelah pernikahannya, ia mengatakan kepada saya (yang bercerita -pent) “Ketika Aku kembali ke rumah, ke istri saya, seakan Allah telah menempatkan cinta satu sama lain di hati kami. Kami tahu bahwa kami menikah untuk mencari ridho Allah, dan kami  akan membantu satu sama lain untuk membangun istana kami di Jannah, bersama.”
Kemudian, ia telah sembuh, Alhamdulillah, dan telah kembali untuk berjihad bersama istrinya yang penyabar yang mendukungnya dari rumah.
Semoga Allah memberikan kita Mujahidin seperti ikhwan ini, dan para istri seperti akhwat ini, Aamiin.
Oleh: Nasser Balochi
(muslimahzone.com/arrahmah.com)
- See more at: http://www.arrahmah.com/read/2013/01/02/25851-kisah-mujahid-muda-dan-sang-istri-penyabar-di-tanah-iran.html#sthash.QLGQZowv.dpuf



Kisah mujahid muda dan sang istri penyabar di tanah Iran

Rabu, 20 Safar 1434 H / 2 Januari 2013 21:40

Kisah mujahid muda dan sang istri penyabar di tanah Iran
(Arrahmah.com) – Kisah nyata ini diceritakan oleh seorang anggota Harakah Ansar Iran (Kelompok Mujahidin Ahlus Sunnah wal Jamaah di Iran) melalui situs resminya, tentang seorang mujahid dan istrinya yang penyabar. Berikut kisahnya:
Saya akan menceritakan kepada kalian sebuah kisah yang indah tentang seorang mujahid muda ketika ia baru pertama kali bergabung di jajaran Mujahidin, beberapa tahun lalu. Tahukah kalian, ia adalah seorang mujahid yang cintanya terhadap Allah dan Jihad sangat besar. Ia berangkat untuk menunaikan kewajibannya pada saat Subuh setelah hari pernikahannya. Tetapi yang sangat luar biasa adalah apa yang istrinya katakan ketika ia hendak pergi. Sang istri mengatakan, “Aku akan senantiasa bersujud kepada Allah hingga engkau kembali atau jasadmu kembali.” Dengan dorongan semangat ini, ia meninggalkan kesenangan duniawi, demi sebuah hidup penuh kesulitan dan pengorbanan.
Pada suatu malam, pada saat perjalanannya dari satu kamp ke kamp yang lain, ia merelakan dirinya sendiri untuk mencari bantuan makanan di dekat desa terdekat untuk para sahabat mujahidin. Mengetuk pintu dari rumah ke rumah, ia disambut dengan sambutan yang sangat tidak ramah, setiap rumah hanya mengatakan kepadanya bahwa para Mujahidin itu tidak diterima di sini.
Pada saat ia tiba di rumah ke-10, ia mengangkat tangannya berdoa kepada Allah dan mengatakan “Ya Allah! Engkau adalah saksiku bahwa Aku hanya ingin mencari sisa makanan untuk saudara-saudaraku, sehingga kami bisa menunaikan kewajiban kami lebih baik lagi demi Engkau. Dan Engkau adalah Maha Pemberi, Maha Pemurah!”
Terkejutlah ia, rumah terakhir ini sangat menyambutnya dengan hangat. Sang pemilik menawarkan semua rotinya dan mengatakan, “Bagaimana mungkin keluargaku bisa tidur, sementara para tentara Allah kelaparan?” Dan kemudian dengan semua kantong penuh makanan, ia kembali dengan sangat gembira ke kamp yang jauhnya beberapa kilometer.
Namun, di belakangnya ia mendengar suara tangisan dan teriakan yang datang dari salah satu rumah di pinggiran desa itu. Segera ia meletakkan makannya di pinggir jalan dan masuk ke rumah itu untuk memeriksanya – tidak ada persiapan untuk apa yang akan dihadapi.
Di sana ia melihat 5 hingga 6 laki-laki memperkosa salah satu gadis desa itu.
“Hey!” ia berteriak tanpa ragu-ragu, mengagetkan geng pemerkosa itu. “Jika kalian tidak berhenti sekarang dan pergi, Aku akan membunuh kalian semua!” lanjutnya dengan pandangan tajam (yakin). Tetapi sebelum ia bisa mengambil pistol yang ada di pinggannya, salah satu dari para pemerkosa itu berada di ruangan lain, mengeluarkan pisau dan menikamnya di punggung dan kakinya – membuatnya tersungkur ke lantai.
Beruntungnya, meski dalam keadaan kalut, ia mampu mengeluarkan pistolnya dan menembaki semua pemerkosa itu (dengan rahmat Allah).
Dengan mengabaikan rasa sakitnya dan nyaris tak bisa berjalan, ia mengenakan pakaian gadis muda itu, mengambil makanannya, dan membawanya kembali ke desa dengan selamat. Dan sebelum ada orang tahu siapa yang telah menyelamatkan gadis muda itu, ia kembali ke kampnya.
Ketika ia kembali, dengan bajunya yang bersimbah darah, ia segera disambut oleh para Mujahidin dan menceritakan kepada mereka tentang peristiwa yang telah terjadi. Para Mujahidin terkejut dan terkagum padanya, bahwa mujahid muda yang belum berpengalaman ini mampu menangani geng pemerkosa itu sendirian.
Yang membuat bertambah kekaguman mereka adalah, pada saat itu mereka juga mengetahui bahwa ia baru saja menikah dan datang ke tanah Jihad ini sehari setelah pernikahannya. Komandan menghiburnya karena luka-luka yang ia derita, mendoakannya, dan mengirimnya kembali ke rumahnya untuk meluangkan waktu bersama istrinya hingga ia sembuh dari lukanya.
Setelah tidak melihat istrinya selama beberapa minggu setelah pernikahannya, ia mengatakan kepada saya (yang bercerita -pent) “Ketika Aku kembali ke rumah, ke istri saya, seakan Allah telah menempatkan cinta satu sama lain di hati kami. Kami tahu bahwa kami menikah untuk mencari ridho Allah, dan kami  akan membantu satu sama lain untuk membangun istana kami di Jannah, bersama.”
Kemudian, ia telah sembuh, Alhamdulillah, dan telah kembali untuk berjihad bersama istrinya yang penyabar yang mendukungnya dari rumah.
Semoga Allah memberikan kita Mujahidin seperti ikhwan ini, dan para istri seperti akhwat ini, Aamiin.
Oleh: Nasser Balochi
(muslimahzone.com/arrahmah.com)
- See more at: http://www.arrahmah.com/read/2013/01/02/25851-kisah-mujahid-muda-dan-sang-istri-penyabar-di-tanah-iran.html#sthash.QLGQZowv.dpuf



Kisah mujahid muda dan sang istri penyabar di tanah Iran

Rabu, 20 Safar 1434 H / 2 Januari 2013 21:40

Kisah mujahid muda dan sang istri penyabar di tanah Iran
(Arrahmah.com) – Kisah nyata ini diceritakan oleh seorang anggota Harakah Ansar Iran (Kelompok Mujahidin Ahlus Sunnah wal Jamaah di Iran) melalui situs resminya, tentang seorang mujahid dan istrinya yang penyabar. Berikut kisahnya:
Saya akan menceritakan kepada kalian sebuah kisah yang indah tentang seorang mujahid muda ketika ia baru pertama kali bergabung di jajaran Mujahidin, beberapa tahun lalu. Tahukah kalian, ia adalah seorang mujahid yang cintanya terhadap Allah dan Jihad sangat besar. Ia berangkat untuk menunaikan kewajibannya pada saat Subuh setelah hari pernikahannya. Tetapi yang sangat luar biasa adalah apa yang istrinya katakan ketika ia hendak pergi. Sang istri mengatakan, “Aku akan senantiasa bersujud kepada Allah hingga engkau kembali atau jasadmu kembali.” Dengan dorongan semangat ini, ia meninggalkan kesenangan duniawi, demi sebuah hidup penuh kesulitan dan pengorbanan.
Pada suatu malam, pada saat perjalanannya dari satu kamp ke kamp yang lain, ia merelakan dirinya sendiri untuk mencari bantuan makanan di dekat desa terdekat untuk para sahabat mujahidin. Mengetuk pintu dari rumah ke rumah, ia disambut dengan sambutan yang sangat tidak ramah, setiap rumah hanya mengatakan kepadanya bahwa para Mujahidin itu tidak diterima di sini.
Pada saat ia tiba di rumah ke-10, ia mengangkat tangannya berdoa kepada Allah dan mengatakan “Ya Allah! Engkau adalah saksiku bahwa Aku hanya ingin mencari sisa makanan untuk saudara-saudaraku, sehingga kami bisa menunaikan kewajiban kami lebih baik lagi demi Engkau. Dan Engkau adalah Maha Pemberi, Maha Pemurah!”
Terkejutlah ia, rumah terakhir ini sangat menyambutnya dengan hangat. Sang pemilik menawarkan semua rotinya dan mengatakan, “Bagaimana mungkin keluargaku bisa tidur, sementara para tentara Allah kelaparan?” Dan kemudian dengan semua kantong penuh makanan, ia kembali dengan sangat gembira ke kamp yang jauhnya beberapa kilometer.
Namun, di belakangnya ia mendengar suara tangisan dan teriakan yang datang dari salah satu rumah di pinggiran desa itu. Segera ia meletakkan makannya di pinggir jalan dan masuk ke rumah itu untuk memeriksanya – tidak ada persiapan untuk apa yang akan dihadapi.
Di sana ia melihat 5 hingga 6 laki-laki memperkosa salah satu gadis desa itu.
“Hey!” ia berteriak tanpa ragu-ragu, mengagetkan geng pemerkosa itu. “Jika kalian tidak berhenti sekarang dan pergi, Aku akan membunuh kalian semua!” lanjutnya dengan pandangan tajam (yakin). Tetapi sebelum ia bisa mengambil pistol yang ada di pinggannya, salah satu dari para pemerkosa itu berada di ruangan lain, mengeluarkan pisau dan menikamnya di punggung dan kakinya – membuatnya tersungkur ke lantai.
Beruntungnya, meski dalam keadaan kalut, ia mampu mengeluarkan pistolnya dan menembaki semua pemerkosa itu (dengan rahmat Allah).
Dengan mengabaikan rasa sakitnya dan nyaris tak bisa berjalan, ia mengenakan pakaian gadis muda itu, mengambil makanannya, dan membawanya kembali ke desa dengan selamat. Dan sebelum ada orang tahu siapa yang telah menyelamatkan gadis muda itu, ia kembali ke kampnya.
Ketika ia kembali, dengan bajunya yang bersimbah darah, ia segera disambut oleh para Mujahidin dan menceritakan kepada mereka tentang peristiwa yang telah terjadi. Para Mujahidin terkejut dan terkagum padanya, bahwa mujahid muda yang belum berpengalaman ini mampu menangani geng pemerkosa itu sendirian.
Yang membuat bertambah kekaguman mereka adalah, pada saat itu mereka juga mengetahui bahwa ia baru saja menikah dan datang ke tanah Jihad ini sehari setelah pernikahannya. Komandan menghiburnya karena luka-luka yang ia derita, mendoakannya, dan mengirimnya kembali ke rumahnya untuk meluangkan waktu bersama istrinya hingga ia sembuh dari lukanya.
Setelah tidak melihat istrinya selama beberapa minggu setelah pernikahannya, ia mengatakan kepada saya (yang bercerita -pent) “Ketika Aku kembali ke rumah, ke istri saya, seakan Allah telah menempatkan cinta satu sama lain di hati kami. Kami tahu bahwa kami menikah untuk mencari ridho Allah, dan kami  akan membantu satu sama lain untuk membangun istana kami di Jannah, bersama.”
Kemudian, ia telah sembuh, Alhamdulillah, dan telah kembali untuk berjihad bersama istrinya yang penyabar yang mendukungnya dari rumah.
Semoga Allah memberikan kita Mujahidin seperti ikhwan ini, dan para istri seperti akhwat ini, Aamiin.
Oleh: Nasser Balochi
(muslimahzone.com/arrahmah.com)
- See more at: http://www.arrahmah.com/read/2013/01/02/25851-kisah-mujahid-muda-dan-sang-istri-penyabar-di-tanah-iran.html#sthash.QLGQZowv.dpuf